Secara normal, tidak ada orang yang mengusahakan mendapat sakit, penderitaan, kesengsaraan, dan mati. Sebaliknya, yang diperjuangkan adalah kesehatan, kesejahteraan, kegembiraan, dan bahagia. Bahkan, ada cita-cita “ingin hidup seribu tahun”. Kematian dihindari, kalau boleh kita hidup abadi.
Namun, dalam sejarah, Yesus Putra Maria dari Nazareth, dengan segala kehebatan membuat mujizat, bahkan bangkitkan orang mati; justru menerima sakit derita sengsara hingga wafat di salib. Merenungkan pilihan Yesus itu, kutulis sajak dan lagi berjudul: Di Kaki Salib-Mu Tuhan
Di kaki salib-Mu Tuhan
Kitangisi dosa-dosaku
Kuingat kasih-Mu Tuhan
hingga wafat di salib
Di atas salib itu Tuhan
Engkau pernah bersabda, “Ibu, itulah anak-mu
Anak, itulah ibumu.”
Salib palang hina dina
Kini jadi sakti mulia
Kau selamatkan manusia
dengan tubuh darah-Mu Kudus
Di kaki salib-Mu
Salib suci-Mu
yang mengalahkan maut dan dosa dunia
Di kaki salib-Mu
O Yesus Penebus-ku
kubersujid memohon ampun-Mu
Syukur kepada-Mu ya Allah
Terima kasih ya Allah
Revolusi agung Cinta-Mu
Misteri suci kasih-Mu
bagi kami umat manusia
Hanya iman yang menolong budi insani
untuk percaya dan mensyukuri Misteri Ilahi.