Belajar Memaknai Kehidupan – Menulis Kehidupan 147

Foto : Pixabay

Dalam sejarah peradaban hingga zaman digital milenial ini, fakta adanya piramide sosial terus berlanjut. Sedikit yang kaya, sejahtera harta dan punya kuasa. Lalu yang paling banyak adalah yang miskin, sengsara dan jadi korban. Ada jurang dalam antara yang kaya dan miskin menderita.

Berbagai kejadian penindasan dan ketidakadilan, pembunuhan dengan anwka alasan, juga perang yang mematikan ribuan orang masih terjadi. Terhadap fakta kehidupan ini, ada aneka tanya dan gugatan hakiki. Apakah terlahir hanya untuk menderita dan mati oleh senjata? Kutuliskan dalam sajak: Air Mata dan Senjata

Air mata dari ketakberdayaan
Mereka yang mencintai kehidupan
Mereka yang ada rasa
Mereka yang punya nurani
Mereka yang miliki jiwa
Mereka yang takut darah
Mereka yang merindukan damai
Mereka yang tak berkuasa
terus mengalir di berbagai belahan dunia
Karena
Kekerasan, aneka kejahatan, penindasan dan perang terus terjadi
Entah sampai kapan?

Senjata di tangan pemiliknya
Senjata milik penguasa
muntahkan peluru dan api
hanguskan bangunan dan materi
menyobek raga manusia
alirkan darah insani
renggut nyawa kehidupan
Mayat bergelimpangan terkapar
jadi mangsa binatang
Pemilik senjata berpekik senang
Pemilik kuasa puas sombong
kekuasaan hebat dan menang

Perang terus terjadi
senjata terus diproduksi
Iri dengki dendam membara
Api permusuhan perebutan kekuasaan
terus berkobar menyala
Bara kejahatan kuasa jiwa
demi kepuasan hawa nafsu
Bahkan
atas nama keadilan dan hak asasi manusia
Juga sambil teriakkan atas nama Allah menyertai tembakan senjata
Sesama manusia jadi korban
sepertinya sama nasib dengan bangunan dan rumput kering atau bebatuan

Air mata keluarga mengalir
menyatu dengan darah korban perang dan aneka bentuk pembunuhan
Debu tanah merekam diam
langit saksikan bisu
Sementara
Jutaan manusia yang rindu
kehidupan damai dan harmoni
berpasrah tak berdaya pada para penguasa dan pemilik senjata
Sujud pasrah berdoa
memohon Sang Pencipta
karena tak tahu kemana
harus selamatkan nyawa

Air mata yang berderai
Ketakberdayaan dan tanya
sering berlarut tanpa jawaban
Bahkan doa pasrah
perlahan sirna percaya
ketika siraman peluru
kobaran api memburu
akhirnya merenggut nyawa
Seolah-olah Sang Pencipta
membiarkan kuasa dan senjata
anak pinak hawa nafsu
menjadi kebenaran dan keagungan
yang harus terjadi di bumi
lalu
apakah mereka terlahir hanya untuk menjadi korban senjata?

Dan
Pertanyaan terus bergema
untuk semua pencinta kehidupan
Dimanakah Sang Maha Kuasa
untuk yang merindukan damai
Masih perlukah berdoa
untuk yang tak punya senjata, harta dan kekuasaan
Kemanakah Sang Maha Adil?

Mungkin.   
hanya bumi dan langit
yang tahu misteri jawabannya
Karena
Sang Maha Kuasa
Sang Maha Adil
juga adalah
Sang Maha Misteri

Simply da Flores
Harmony Institute

Menulis Kehidupan- 145, Belajar dari Sang Pemulung

Menyadari Saudara Saudari Kehidupan, Menulis Kehidupan – 144