Waktu terus berjalan dan kita hidup serta berubah dalam waktu. Segala sesuatu tidak ada yang kekal selain perubahan. Namun, semuanya masih misteri; diriku, sesama, alam semesta dan Sang Maha Misteri. Maka ada kerinduan jiwa nurani untuk menggapai tepi misteri dan rahasia realitas, meskipun kemampuan nalar terbatas. Salah satu jalan kecil adalah mengenal dan memahami kesunyian – kesepian untuk sampai pada kesadaran dan keheningan bathin. Renungan tentang kerinduan nurani jiwa itu kutulis dalam sajak berjudul: Berkelana di Belantara Malam.
Malam bentangkan belantara gulita
Kubaringkan penat raga
pada rindang gelap
biar tertidur meneguk mata air kesunyian malam
Melepas dahaga yang mencekam.
Damba sanubari berlari mengembara dengan pikiran
Mengejar jejak bintang dalam kegelapan
Mencari bekas telapak bulan
pada belantara kesunyian
Rupanya sudah terhapus hujan
Musim bergantian
Waktu terus berjalan
Yang abadi itu perubahan.
Aku telah berkelana lintasi belantara gulita
tiba di tepi samudera keheningan jiwa yang dahaga makna
Dan
tak sadar ternyata dirangkul pelukan adzan menggema
Bisikan suara Subuh mengingatkan
Sang Fajar segera menyingsing
Cahaya Mentari akan datang
untuk segenap makhluk semesta
tanpa menghitung
tidak memandang
untuk membagi kasih sayang
Sang Maha Keheningan Agung.
Syukur kepada-Mu
Ya Sang Maha Misteri
aku boleh merindukan dan mencari damai keheningan-Mu
Izinkan kesadaran nurani jiwaku bersujud di tepi samudera misteri-Mu dan memandang cakrawala keajaiban-Mu
Ya Sang Maha Agung
Meskipun aku cuma setitik debu di bawah kolong langit-Mu Maha Luas tak terbatas
Terjadilah pada diriku menurut kehendak-Mu
Ya Sang Maha Bijaksana.