Belajar Menjadi dari Sampah – Menulis Kehidupan 51

Setiap hari, sekecil apa pun diriku, pasti memproduksi sampah. Entah sampah tubuh, sampah organik, atau sampah plastik dan pabrik. Yang bermanfaat sudah diambil untuk penuhi kebutuhan, lalu sampahnya dibuang.

Yang menjadi masalah, yakni ketika saya membuang sampah tidak pada tempatnya. Saya tidak mau tahu dan peduli akan akibat buang sampah sembarangan. Maka sampah menjadi masalah bagi lingkungan dan pada gilirannya menjadi sumber persoalan dan penyakit bagi kehidupan manusia.

Selain diri saya, keluarga, ada juga sampah dari berbagai instansi lembaga publik serta pabrik dan perusahaan. Jenis sampahnya pun lebih beragam.

Sampah bersumber dari sikap tidak mau peduli dan kurang bertanggungjawab, sehingga membuang sampah tidak pada tempatnya. Akibatnya, ada macam-macam: polusi udara, pencemaran air danau dan laut serta penimbunan pada berbagai tempat di darat.

Dampaknya kembali kepada kesehatan dan kenyamanan hidup manusia. Inilah fakta zaman dan belum ada solusi maksimal dari manusia. Maka saya tuliskan refleksi dalam sajak berikut: Balada Samudera dan Pasir Pantai.

Di pantai ini
Kawanan kepiting bingung
Lubang rumahnya sering tertutup
Sejumlah biota laut terkapar
lemas dihempas ombak ke pasir
Suara ombak jadi parau
Melodi pasir pantai fals
lagu alam tak menentu
Lantaran semakin tersumbat aneka sampah.

Di pantai ini
Ketika musim hujan tiba
Sungai dan muara datangkan juga sampah dari gunung dan kampung
sampah dari pemukiman dan kota
berondong-bondong menuju laut dan sebagian dihempas ke pelataran dada pantai
tapi terbanyak ke dasar laut
Menjadi polusi dan racuni perut samudera.

Di pantai ini
Cerita duka ibu samudera dikisahkan berhari-hari
Kisah kesombongan manusia dipaparkan
Dari limbah industri dengan aneka kimia beracun hingga banjir plastik yang semakin menjadi
Ibu samudera terus merintih
Bapa langit sudah mendengar dan marah
Putra-Putri ombak semakin serak paru bernyanyi
Jemari pantai semakin kaku mainkan alunan musik
Bencana ini terus terjadi
menggugat kesadaran insani
Namun
hanya segelintir yang peduli.

Di pantai ini
Para nelayan kecil membuang kail dan jala
tidak semudah zaman lampau mendapatkan ikan segar untuk rezeki
Sering jalan dipenuhi plastik saat ditarik
dan ikan diperutnya penuh sampah plastik
Namun,
perutnya dibuang dan dagingnya terpaksa dimakan atau dijual.

Pelan tetapi pasti
racun kembali kepada manusia yang menabungnya di laut sebagai sampah
Balada ombak dan pasir pantai
Duka lara Ibu Samudera
Kisah kebodohan dan kesombongan manusia Milenial terus dirayakan
Entah sampai kapan.

Ya Sang Maha Berkah
Syukur atas kehidupan anugerah-Mu
Mohon ampun atas kebodohan dan kesombongan diriku, yang membuang sampah sembarangan dan mencemarkan alam lingkungan, serta merugikan sesamaku. Tolonglah dengan rahmat-Mu agar menyadari dan semakin mampu bertanggung jawab dalam keseharianku, mulai dengan hal kecil yang menjadi kewajibanku.
Terpujilah keagungan dan kemurahn-Mu.