Belajar merenungkan Perjamuan Revolusi Cinta, Menulis Kehidupan – 104

Peristiwa Perjamuan Malam Terakhir, antara Yesus dan para rasulnya, dikenang dan dirayakan umat Katholik dalam Perayaan Ekaristi.

Roti dan anggur dijadikan lambang tubuh dan darah Yesus sendiri
Ketika menyerahkan roti kepada para muridNya, Yesus bersabda:
“Ambillah dan makanlah, inilah tubuhKu, yang akan dikorbankan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa”
Lalu saat menyerahkan piala berisi anggur, Yesus bersabda:
“Ambillah dan minumlah, inilah darahKu, darah perjanjian baru dan kekal, yang akan ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang untuk penghapusan dosa”
Lalu Yesus berpesan, “Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Aku”

Mengagungkan Revolusi Cinta Allah dalam Yesus Sang Sabda, sekaligus menyadari seluruh kelemahan diri sebagai manusia; dengan khilaf, salah dan dosa sepanjang hidup, maka saya menuliskan sajak: Bersujud Memohon Ampun dan Maaf-Mu

Di pantai ini
dalam gulita malam
kududuk sendiri terdiam
Kuingat kasihMu Tuhan
hingga wafat di Salib
korbankan tubuhMu kudus
tumpahkan darahMu suci
Maka dalam sujud sunyi
kusatukan puing jiwa dalam gulungan ombak lautan
berkali-kali datang
tak henti terus bersujud
membelai telapak kaki pantai kerahimanMu
bisikan permohonan maaf
meminta belaskasihan ampunMu
atas segala salah kilaf
atas semua hitam dosa
karena kelemahan ku

Langit gulita tanpa bintang
Gelapnya malam senyap hening
merangkul papa jiwa ragaku
sadarkan segala salah dosaku
kepada mereka yang mencintaiku
kepada sesama saudaraku
kepada keluargaku
kepada para penjasaku
kepada para leluhurku
kepada alam lingkunganku
kepadaMu Sang Empunya semua
Yang melihat dalam gulita
Yang mengetahui segalanya

Engkau adalah samudera kerahiman
pada tepi pantai samudera kerahimanMu
aku datang membasuh diri
Engkau hamparan pasir pantai
pada telapakMu aku bersujud
Engkau ombak lautan
pada gulungan dan buihMu
aku datang berkali-kali
memohon ampunMu
karena salah kilaf dan dosa-dosa ku terus terjadi
lantaran aku hina dina
karena aku manusia papa

Di keheningan gulita malam
aku duduk di pantai ini
sadari betapa kecilnya diri
di hadapan samudera Rahim-Mu
di telapak agung CintaMu abadi
di kolong kegelapan hidupku
yang sering lalai mencariMu
yang lupa mengandalkanMu
yang merasa mampu untuk lari dariMu
yang tak sadari kelemahanku
dan mengabaikan SabdaMu
yang jarang bersyukur atas
Revolusi Maha Cinta Mu

Aku hanya sebutir pasir
dalam luasnya samudera
Aku cuma setitik debu
di bawah sinar mentari
Aku ibarat selembar daun
di tengah pusaran badai
Namun
tersisa secuil imanku
yakin “aku ini anakMu
percaya Engkau Bapa-ku”
Maka kudatang disini
rebahkan jiwa raga ini
agar dibasuh kasihMu
biar dimaafkan salahku
biar diampuni dosaku

Syukur dan terimakasih
Tubuh darahMu Maha Kudus
Sumber keselamatanku dan semua umat manusia yang mau percaya samudera Kerahiman KasihMu Yesus

(Simply da Flores
Harmony Institute)