Belajar pada Konser Kesunyian Malam – Menulis Kehidupan 69

Sepanjang waktu, alam semesta pentaskan keindahan Sang Maha Indah bagi siapa yang peduli dan merindukannya. Terpesona akan keindahan semesta, sering kucoba mengembara dalam kesunyian malam untuk saksikan konser musik semesta dan berharap dapat puaskan dahaga sanubari dan lapar jiwa akan keheningan. Lalu kutuliskan dalam sajak berjudul Alunan Keheningan Malam.

Pada bentangan sepi malam
Penat raga kurebahkan terkulai
dalam pelukan sunyi
terjaga damba kusendiri
Saksikan samar wajah purnama
dari celah rambut pepohonan terurai
beberapa tikus berlari
berkejaran penuh birahi
di timbunan daun kering terkulai
Dan kokok ayam memancing tabuhan gendang ombak pertanda hari berganti
pasang surut laut terjadi.

Dari hijau rumput halaman
Nyanyian jangkrik terdengar mengalun
dekat kolam terompet katak berbunyi
juga seruling cacing mengikuti
Suara cecak tokek bersahutan
Di tengah kampung
riuh improvisasi lolongan anjing
menyapa bulan dan bintang
tengah malam hening
tak ada orang lalu lalang
mungkin sudah tertidur pulas
karena tadi hujan deras.

Aku sendirian menyepi di sini
raga memang lelah letih
Namun damba nalar terjaga
menemani gelora rindu sanubari
untuk saksikan pentas konser
musik semesta malam
di bawah terang cahaya purnama
dengan tarian bidadari cakrawala.

Dari malam sunyi sepi
aku terbawa menikmati
melodi keheningan
musik ketenangan
lagu kedamaian
nyanyian harmoni
Alunan irama alam raya
Entah siapa konduktornya
Mungkin semilir angin yang menggoyangkan dedaunan
atau siul burung malam
pada awan yang berarak
punya jawaban bagiku
saat tidur dan bermimpi.