Seide.id– Setelah keriuhan di internal PIDP yang jadi pembicaraan, akhirnya Anies Baswedan batal diusung PDIP di pilgub Jakarta mau pun Jabar 2024. Batalnya ini semakin ramai karena menurut elite PDIP, Anies dijegal oleh kekuasaan. Soal Anies dijegal juga sebelumnya pernah disebut oleh Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto.
Awalnya, untuk pilgub Jakarta PDIP akan mencalonkan Ketua DPP PDIP Basuki Tjahaja Purnama– Ahok, bukan Anies. Seperti kata PDIP, kenapa harus usung yang lain? PDIP mengutamakan kadernya sendiri. Kecuali sudah tidak ada kader lain…PDIP punya banyak kader.
Nama Ahok jadi prioritas karena kemampuan dan kinerjanya sudah terbukti. Pada hasil survei Kompas, elektabilitas Anies memang di peringkat satu. Ahok kalah populer, berada di urutan ke-dua. Tapi soal kepuasan masyarakat terhadap kinerja keduanya, Ahok menempati peringkat satu. Jauh diatas Anies, yang nomor dua. Sedang Ridwan Kamil, diurutan ketiga.
Beradanya Ahok di peringkat dua setelah Anies, mengejutkan PDIP. Pasalnya, Ahok sudah 8 tahun tidak aktif, pernah difitnah dengan tuduhan penistaan dan pernah dipenjarakan yang otomatis membuatnya jauh dari kamera. Sedang Anies, tetap aktif sebagai Gubernur dengan pemberitaan. Lalu nyapres dan kampanye keliling negeri. Full dengan gegap gempita pemberitaan pemilu dan belum lama. Jadi PDIP yakin akan kemenangan Ahok. Para pengamat juga menyebut Ahok layak dicalonkan mengingat kapasitas- kinerja Ahok. Soal elektabillitas, popularitas bisa dibuat, berbeda dengan kapasitas, kemampuan yang adalah kekuatan Ahok yang sudah diakui.
Namun dengan bergantinya’ situasi dan seringnya nama Anies ‘direkomendasikan’ oleh kader- kader PDIP untuk diusung, nama Ahok pun mulai ‘samar- samar.’ Berganti dengan Anies lewat masifnya video tayangan dan berita yang meminta Anies untuk diusung. Kabarnya, permintaan datang dari bawah.
Banjir tidak ada lagi
Mengejutkan. Situasi pun berubah. Hasto yang saat Anies jadi Gubernur kerap menyerang Anies dan kinerjanya mulai dari banjir, udara Jakarta yang dianggap buruk sampai pada sebutan, Anies hanya pintar bicara, kini telah berganti ‘kacamata’
-Gencarnya serangan -serangan Hasto, sempat membuat pihak Anies menjulukinya, buzzer.
Kini, ejekan Anies hanya pintar bicara telah berubah tadi pujian sebagai “Anies bicaranya sangat menarik.” Bahkan sosok yang disebut berperan besar dalam penunjukan kepala daerah ini, menginfokan pada Anies, adanya upaya penjegalan terhadapnya.
“Ya kalau kami menerima laporan memang ada upaya-upaya untuk mengganjal pencalonan Anies Baswedan,” kata Hasto (8/8/2024).
Kejutan untuk Anies
Seperti diberitakan, pertanyaannya, nama siapa yang akan muncul? Ahok yang adalah kader PDIP yang loyal, atau nama Anies ?
Sementara saat itu, Anies sudah akrab, duduk bersama para elite PDIP. Namun tidak semua elite ada dalam satu kesepakatan. Selain Hasto, elite PDIP yang medukung Anies diantaranya Deddy Sitorus, Said Abdullah dan Ahmad Basarah yang menurut Hasto mewakili PDIP untuk melakukan komunikasi.
“Pak Basarah sudah ketemu melakukan komunikasi politik,” ujar Hasto (20/8)
Sedang Said Abdullah yang telah berubah haluan, awalnya adalah salah salah seorang yang sangat mendukung dan menaruh harapan pada Ahok akan kemenangannya. Saat itu, Said tampil dengan argumentasi- argumentasinya tentang kinerja Ahok termasuk melawan elektabilitas Anies. Bahwa elektabilitas Anies akan bisa Ahok kejar kalau Ahok sudah dideklarasikan. Tapi tampaknya dalam sekejab semuanya berubah. Super dinamis.
Menanti diumumkan
Ada pun Anies sendiri sudah sampai pada tahap, bersiap menunggu jam di mana namanya akan dideklarasikan bersama Rano Karno. Tapi mendadak, batal. Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri memutuskan memilih kader intern, Pramono Anung dan Rano Karno sebagai bacagub dan cawagub Jakarta, 2024.
Belum selesai dengan keterkejutan karena hilangnya harapan, besoknya muncul harapan baru. Anies akan diusung untuk Jawa barat. Akan dideklarasikan, 95 persen sudah fix.
Besok malamnya, beredar kabar lewat japri yang diteruskan. “Sedang menunggu, siap deklarasi” bersama dengan munculnya tulisan, “Rp 2 triliun siap ditebar jika PDIP calonkan.” Itu duit banyak sekali. Isuekah? Tapi tak urung ini menegangkan. Ketegangan berakhir dengan masuknya pesan, “Batal..!,” disusul, “Indonesia selamat” dengan gambar bendera merah putih.
Terima kasih kepada yang disebut suka bikin gaduh.
Megawati dengan hak penuh sebagai Ketum partai memutuskan pilihannya yang ia anggap sesuai sebagai bacagub-cawagub untuk Pilgub Jabar. Jeje Wiradinata dan Ronald Sunandar
Namun menurut elite PDIP, tidak ada penolakan dari internal. Penyebab gagalnya Anies dicalonkan karena dijegal oleh kekuasaan besar, Mulyono dan geng.
“Kita menghadapi sebuah tantangan yang sangat besar, tangan-tangan yang tidak menyetujui Pak Anies diusung oleh PDI Perjuangan,” ujar Ketua DPD PDIP Jabar Ono Suron, dikutip dari videonya, (29/8)
Sama halnya dengan Ono. Menurut Hasto, semuanya sudah dipersiapkan, tapi Jabar hanya wacana. Ada pun gagalnya Anies diajukan, penyebabnya mutlak karena dijegal pihak luar. Bukan karena adanya penolakan di internal. Alias bukan karena ada penolakan dari kader -kader partai yang berideologikan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
-Sementara sebelumnya, baik Ketua DPP PDIP Ganjar Pranowo mau pun Ahok, yakin Megawati tidak akan menyetujui. Ganjar bahkan sempat mengingatkan agar tidak perlu dipaksakan.
Ada pun pihak luar yang dituduh jadi penyebab gagalnya Anies diusung, disebut Hasto, melakukan berbagai cara untuk menganjal.
“Krisis konstitusional ini kan terjadi akibat pengepungan kepada PDI Perjuangan, dan kemudian muncul di Jakarta berbagai upaya untuk mengkondisikan agar ada calon (cagub) tunggal, atau dengan cagub-cagub boneka. Dan ketika PDI Perjuangan, juga Pak Anies Baswedan dicoba untuk dihambat dengan berbagai cara, sehingga muncul dukungan-dukungan dari publik (agar Anies bersama dengan PDIP),” jelas Hasto.
Disebut sebagai pihak yang menjegal Anies sehingga tidak bisa nyagub, Presiden Jokowi tidak terima.
“Saya bukan ketua partai, saya juga bukan pemilik partai, supaya tahu semua, apa urusannya?” ujar Jokowi yang memiliki nama kecil, Mulyono. (30/8)
Jokowi menegaskan, mau mencalonkan atau tidak, itu urusan koalisi, urusan partai, ada proses berdasarkan hitungan-hitungan koalisi.
“Saya kan ditudang-tuding, kan banyak banget, tidak hanya itu saja, dituding menjegal, dituding menghambat, dituding..” kata Jokowi.
Meski Hasto tidak menyebut nama Jokowi secara langsung, tapi Jokowi tampak marah dituduh menjegal Anies sehingga tidak bisa nyagub.
Padahal, bisa saja Anies tidak bisa nyagub bukan karena dijegal seperti kata Hasto saat Anies berniat nyapres. Hasto memastikan, Anies tidak perlu lagi dijegal karena rakyat bisa melihat prestasinya.
“Terkait dengan Pak Anies, tak perlu dijegal. Kita lihat prestasinya saja. Kalau tak percaya, lakukan suatu riset yang objektif,” kata Hasto (18/9/2022)
Jadi Pak Jokowi jangan marah..
(ricke senduk)