Seide.id -Ketika kecil saya pernah disuruh oleh Ibu untuk meminta maaf pada teman sekelas yang menjatuhkan mainan saya, sehingga rusak.
“Kenapa harus meminta maaf?” protes saya.
“Kau bersikap kasar. Temanmu mungkin tidak sengaja. Dia jadi takut, menyesal, dan karena malu dia bisa menjauhimu, meninggalkan kau,” jelas Ibu lagi.
Saya diam, karena jengkel dan tidak memahami maksud Ibu. “Jika teman merasa bersalah, seharusnya dia yang meminta maaf, tidak saya,” pikir saya.
Dalam perjalanan waktu, saya mencoba mencerna permintaan Ibu tempo hari, dan memahaminya.
Tidak bersalah, tapi meminta maaf. Lucu, dan tidak masuk akal. Karena merasa benar, bisa jadi teman itu besar kepala dan mau menang sendiri. Bukan hal ini juga salah, karena terjadi pembiaran?
Ternyata, maksud Ibu adalah, ketika mengingatkan teman hendaknya secara baik-baik. Kita tidak harus menyalahkan atau menghakimi, tapi mengedepankan kasih. Untuk mengalah, memahami, dan mengasihi.
Sesungguhnya, saya diajak berani meminta maaf itu tujuan utama Ibu adalah mendidik saya agar berjiwa besar, tidak mudah membenci atau mendendam, tapi agar saya bermurah hati. Karena semua itu demi kebaikan saya sendiri.
Di balik makna meminta maaf itu Ibu juga mengajari saya untuk hidup damai. Berdamai dengan diri sendiri agar kita mudah berdamai dengan orang laun. Untuk memberi maaf, ampunan, dan mengasihi sesama dengan ikhlas hati. Hidup pun tanpa beban, dan nyaman.
Jalan kerendahan hati untuk menuju hidup damai, sejahtera, dan bahagia.
…
Mas Redjo / Red-Joss