Penulis Jitheng
“Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia hanya keberanian dan keyakinan yang teguh“.
Bicara tentang keberanian, ada satu tokoh wayang yang selalu tampil kokoh tanpa takut dan ragu, namanya Bima.
Bima, yang disebut juga Bimasena dan berarti panglima perang, merupakan salah satu tokoh cerita Mahabharata. Bima anak Dewi Kunthi dan salah satu tokoh Pandawa yang dikenal berani dan kuat.
Dalam kisah Mahabharata, ia dikenal sebagai tokoh protagonis. Ia memilki sifat berani, teguh, kuat, pantang menyerah, jujur.
Dalam cerita tersebut, Bima digambarkan dengan gagah berani bertarung melawan Arimba, raksasa yang berbadan besar dan kuat Walaupun tubuhnya tak sebesar Arimba, Bima terus berjuang.
Bima terus berusaha sekuat tenaga untuk dapat mengalahkannya dan… berhasil. Raksasa itu mati.
Lewat “medsos” MLM (Mulut Lewat Mulut), warta matinya Arimba tersebar sangat cepat di medan perang Kurusetra. Seperti real time.
Ada sosok Bima zaman now. Badannya tak sebesar Bima dalam kisah wayang. Wajahnya juga tak menakutkan.
Dia Prof. Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad(K), Letnan Jenderal TNI (Purn), yang pernah menjadi Menkes Republik Indonesia ke- 19, Kepala Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Darat Gatot Subroto, Ketua Tim Dokter Kepresidenan.
Dia adalah seorang jenderal yang murah senyum. The Genuine Smiling General, yang memiliki sifat berani, teguh, kuat, pantang menyerah, jujur, dan murah hati.
Lepas dari persoalannya dengan IDI yang tak saya pahami, patutlah kita bersyukur ada dr. Terawan; yang seperti “Bima Kecil”, yang sedang dijerat oleh IDI, yang tampil bak raksasa Arimba.
Dokter Terawan tidak pernah takut dan ragu menjalani hidupnya yang sarat dengan jerat. Karena, motif hidupnya hanya satu: “Saya ingin membuat Tuhan tersenyum dengan menolong sesama.”
“Kalau saya tahu ada orang yang sudah tanpa harapan dan saya melihatnya dan saya bisa menolongnya, saya merasa berdosa kalau saya biarkan. Dan, yang lebih menyenangkan kalau pasien yang tanpa harapan itu kemudian sembuh, saya seperti melihat Tuhan itu tersenyum. Itu kebahagiaan yang tidak bisa dilukiskan. Ya. Saya ingin membuat Tuhan tersenyum.”
Salam sehat dan tetap bersemangat berbagi cahaya walau banyak jerat hadir menghambat.