Oleh EFFI S HIDAYAT
Terkuak sedikit celah cahaya kelegaan di hati saya membaca beberapa pesan via WA, antara lain: Food support Isoman berbagi kasih menyediakan makan siang dan malam gratis untuk wilayah Pluit, Grogol, Palmerah, Kelapa Gading, Cipinang dan sekitarnya. Hanya menyertakan data dan mengirim ojol, selama bulan Agustus mendatang. Setiap minggu, tersedia menu vegetarian yang kaya protein dan vitamin. Atau yang ini, khusus bagi warga Tangsel yang sedang berjuang di masa pandemi. Mereka yang sakit, kehilangan pekerjaan, butuh bantuan makanan, sembako, hubungi no WA…(tertera nomor yang menurut teman saya, seorang dokter yang membagikan; informasi terpercaya karena diperoleh melalui pasiennya yang memang menjadi relawan di gerakan berbagi kasih ini).
Demikian pula pengumuman dari Gereja Ambrosius, Lingkungan Yakobus, VMM di mana saya tinggal. Tersedia link bagi warga yang terpapar C-19. Berderet no WA khusus, mulai dari melapor RT/RW, menghubungi Pusat Kesehatan Masyarakat, obat, tabung oksigen, konsultasi dan bantuan medis. Intinya, warga lingkungan Yakobus diupayakan rasa aman dapat terpantau Tim Kesehatan yang tersedia.
Ya. Paling tidak, ruang lapang di dada saya semakin terentang mendengar khotbah Rm.Yus, Pastoral KAJ Samadi, Minggu pagi (18/7). Tak hanya menerima pasien, tapi mulai dibuka pula sentra pelayanan vaksinasi untuk warga Jakarta Timur, khususnya.
Selain berbagai webinar dan talk show yang memberi tips praktis. Misalnya, dari praktisi llmu Psikologi, bagaimana mengatasi rasa kehilangan orang-orang tersayang. Atau dari praktisi medis sendiri, Suster Kepala Direktur RS Carolus, tentang penanggulangan betapa susahnya mencari tempat perawatan di rumah sakit sekarang.
Terdapat pula donasi yang bisa diberikan kepada Pastoral KAJ Samadi. Uniknya justru nomor rekening banknya bukan dibuka langsung oleh pihak Pastoral. Melainkan atas inisiatif warganya sendiri, entah siapa yang memulai. Yang jelas, para donatur berdatangan dari Sabang sampai Merauke, bahkan mereka yang tinggal jauh di luar negeri.
Wow, mendengar itu semua terbilas rasa haru saya. Membayangkan betapa ‘grubak-grubuk’-nya para frater muda yang berjibaku sebagai relawan. Mulai dari sibuknya memberi informasi di front office dan menerima pasien yang masuk, menjaga di bagian obat, serta bersiaga tanpa lelah di kamar-kamar pasien mencermati proses hingga kesembuhan mereka. Satu- per satu berdatangan, dan akhirnya bisa sembuh kembali pulang ke rumah. Walau memang tak dapat dipungkiri, ada pula yang berpulang.
Betapa pun, masing-masing dari kita secara personal senantiasa diberikan kesempatan untuk memberi dan membagi sesuatu. Walau hanya seulas perhatian, empati, sebaris doa, secercah senyum dan harapan peneguhan. Tak perlulah gahar membahana berteriak-teriak memicu keributan, memecah belah misalnya saja dalam menyikapi dualisme diperpanjang atau tidaknya PPKM ke depan.
Apa tidak capek komplain melulu? Mending kita berbuat sesuatu, yang terbaik bisa kita lakukan walau itu cuma dari bilik pintu rumah kita sendiri. Mengirim makanan, obat, atau bantuan apa saja. Bukankah, tindakan berbagi kasih adalah bentuk doa paling dalam, yang bisa kita semua lakukan?