Berebut Calon Presiden Sampai Adu Sombong

Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden akan diadakan tahun 2024, namun naiknya suhu dinamika politik sudah mulai terasakan, terutama perihal dalam penetapan kandidat bakal calon Presidan dan Wakil Presiden.

Hal ini demikian penting mengingat pelaksanaan Pemilihan Legislatif dan Presiden dilaksanakan serentak bersamaan. Maka jelas sangat perlu segera disosialisasikan siapa kandidat bakal calon Presiden dan Wakilnya.

Mengingat peran dalam menetapkan siapa kandidat yang akan menjadi bakal Calon Presiden dan Wakil, akan berpengaruh besar dalam jumlah perolehan suara dalam Pemilihan Legislatif. Dapat dipastikan salah dalam menetapkan Capres dan Cawapres, akan berpengaruh langsung pencapaian jumlah kursi Legislatif.

Bisa-bisa parpol yang salah dalam menetapkan calon Presiden, akan sepi pendukung dalam tiap masa kampanye. Oleh karena itu walau pendaftaran pencalonan Presiden dan Wakil di mulai pada 19 Oktober – 25 November tahun 2023, suasana hangatnya dinamika sudah mulai dirasakan sekarang.

Terlebih dengan penentuan ambang batas (threshold) 20% perolehan suara DPR membuat seluruh Partai Politik baik besar, menengah maupun kecil pasti akan sangat menaruh perhatian terhadap koalisi antar parpol guna dapat turut mencalonkan siapa Capres dan Wakil dukungannya.

Sebenarnya tidak hanya parpol yang menjadi galau, demikian juga kandidat bakal calon Presiden dan Wakil akan dibuat risau, apabila parpol pendukungnya tidak mampu berkoalisi untuk bisa lolos threshold untuk bisa maju mencalonkan.

Dari hasil beberapa lembaga survei memunculkan tiga kandidat teratas Presiden untuk pilpres 2024 yaitu Prabowo (Ketum Gerindra), Ganjar Pranowo (Anggota PDIP) dan Anies Baswedan.

Maka tentunya Anies Baswedan yang bukan anggota parpol akan menjadi lebih risau, bila parpol yang akan mendukungnya tidak lolos threshold jumlah suara DPR, dibandingkan Prabowo selaku Ketua Umum Gerindra, atau Ganjar Pranowo yang anggota PDIP walau masih perlu penetapan Ketua Umum PDIP.

Sejauh ini parpol-parpol lainnya masih menetapkan Ketua Umum parpolnya masing-masing sebagai calon presiden, Nasdem baru-baru ini setelah rakernas menetapkan tiga kandidat yaitu Anies Baswedan, Andika Perkasa dan Ganjar Pranowo.

Sedangkan PDIP pada rakernas juga belum menetapkan siapa kandidat calon Presiden, malah Megawati selaku Ketua Umum dalam pernyataannya menyinggung pencalonan sementar Ganjar Pranowo selaku anggota PDIP oleh Nasdem.

Bahkan menyitir balik pernyataan Surya Paloh selaku Ketua Umum Nasdem, siapa yang telah berlaku sombong?

Demikian juga kepada internal PDIP untuk tidak ada yang bertindak diluar kebijakan PDIP, tentunya mengingat sering adanya anak bandel di dalam PDIP termasuk adanya kelompok yang masih berupaya Perpanjangan masa jabatan Presiden Jokowi.

Kembali kepada situasi partai politik masih kesulitan menetapkan siapa yang bakal menjadi calon Presiden, dan juga kerjasama dengan parpol mana yang akan diajak mendukung untuk bisa lolos threshold 20% bukan hal yang mudah.

Munculnya nama Andika Perkasa, panglima TNI dalam bursa calon Presiden hasil rakernas Nasdem juga mengingat jumlah kursi dari perolehan Nasdem. Tidak lain adalah titik tawar Nasdem dalam upaya koalisi parpolnya sebagai Capres atau Cawapres bergantung pada situasi koalisi Nasdem. Yang tampaknya ditujukan kepada PDIP jika bekerjasama.

Perindo yang bekerjasama dengan parpol non parlemen, sejauh ini belum bersuara tentunya akan memperhatikan situasi koalisi yang akan didukung dan tentunya akan mengajukan Capres atau Cawapres koalisinya.

Dan tentu Perindo tidak ingin menambah hangatnya suasana dinamika menuju Pilpres dan Pileg tahun 2024 dengan kesombongan karena Perindo mengedepankan persatuan bangsa demi kemajuan negara Indonesia.

Penulis: Jeannie Latumahina
Ketua Relawan Perempuan dan Anak Perindo

Avatar photo

About jeannie latumahina

Ketua Relawan Perempuan dan Anak Perindo