Berhentilah Makan Sebelum 20 Menit!

Sejak pandemi covid melanda Indonesia, makin banyak peraturan yang harus diikuti oleh masyarakat. Dimulai mengikuti protokol Kesehatan dengan menerapkan 3 M : memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan, lalu seiring makin mengganasnya pandemi dengan masuknya varian delta, 3 M saja rupanya tidak cukup  lalu bertambah lagi menjadi 5 M. 3 M pertama ditambah lagi 2 M : Menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas.

Memakai masker pun harus dua! Tak peduli bagi orang ashma atau atlet yang nafasnya lancar. Tidak ada pengecualian!

Tidak cukup sampai di situ, ketika pemerintah menerapkan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), hanya masyarakat yang bekerja di sektor kritikal dan esensial yang boleh bekerja. Itu pun Sebagian jumlahnya dibatasi, dan kalau mau melakukan aktivitas, harus membawa surat tugas.

Masih terkait dengan PPKM, kini ada satu lagi aturan baru, yakni membatasi waktu makan di warung atau rumah makan: cukup 20 menit! Jadi, untuk makan di warung atau rumah makan, bukan saja jumlah orang yang datang dibatasi, tetapi waktu makan pun dibatasi. Kira-kira seperti pertandingan caturlah.

Cuma di dalam permainan catur, jika melewati batas waktu yang ditentukan pemain dinyatakan kalah; dalam aturan makan ini belum jelas apa sanksinya. Apakah yang makan lebih dari 20 menit wajib membayari orang lain yang saat itu makan juga, atau dikenakan denda resmi oleh pemerintah daerah. Sejauh ini belum kedengaran ada yang mendapat sanksi.

Soal aturan makan 20 menit itu sempat jadi guyonan di tengah masyarakat. Misalnya, bagaimana kalau kita makan gado-gado atau sate. Nguleg gado-gado saja membutuhkan waktu, begitu juga membakar sate. Belum lagi kalau yang memesan banyak.

“Bisa-bisa kita belum makan waktunya udah habis 20 menit! Ha.ha.. nasib, nasib…!” kata seorang anggota masyarakat, sambil menepuk jidat.

Pada dasarnya tujuan orang makan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh, agar memiliki tenaga, mengganti sel-sel yang rusak dan menjaga agar cara kerja tubuh tetap baik. Berbeda dengan orang yang berniat puasa. Itu pun masih harus mengisi perutnya terlebih dahulu (sahur) sebelum puasa, dan mengisi perutnya setelah waktu puasa lewat (berbuka).

Namun di zaman modern ini, makan tidak lagi semata-mata untuk mengisi perut guna memenuhi kebutuhan tubuh. Makan juga menjadi sarana rekreasi; mempererat tali silaturahmi atau berbicara tentang bisnis dengan kolega. Makan dengan tujuan itu pasti tidak bisa dibatasi hanya dengan waktu 20 menit. Bahkan makan di rumah sendirian pun, banyak anak-anak muda yang menghabiskan waktu lebih dari 20 menit.

Bagaimana tidak lama, sambil makan sesekali melihat telepon genggam atau sambil nonton tivi. Kadang lebih lama melihat telepon genggamnya atau melihat gambar di televisi dari pada mengunyah makanan. Dengan begitu, konon, makan jadi lebih nikmat, walau pun lauk yang dimakan ala kadarnya.  

Sebetulnya berapa lama sih waktu ideal untuk makan ditinjau dari aspek Kesehatan? Artinya makan yang benar-benar makan, tidak diselingi dengan kegiatan lain atau tujuan tertentu.

Ahli diet Ben Desbrow dari Griffith University, seperti dikutip dari situs ABC News, mengatakan Perlu waktu sekitar 15-20 menit bagi mekanisme alami tubuh untuk bereaksi. Mekanisme ini adalah proses fisiologis tubuh mengenali rasa penuh, kenyang, dan puas dari makan.

Waktu sepanjang itu digunakan untuk mengunyak makanan dengan benar, makanan di mulut menjadi halus, agar kerja usus atau lambung tidak terlalu berat. Di dalam mulut, sebelum makanan masuk ke perut lewat tenggorokan, sebaiknya dikunyah sebanyak 15 – 40 kali.

Selain sering mengunyah, hal lain yang bisa dilakukan adalah menyediakan waktu lebih banyak dan mematikan layar gawai, serta tidak nonton televisi.  Hal ini membuat perhatian hanya tertuju untuk makan, sehigga maka menjadi lebih baik dan sehat.

Meski pun untuk makan sehat dianjurkan mengunyah sebanyak 15 – 40 kali, akan tetapi kebiasaan makan setiap orang berbeda. Ada orang terbiasa makan cepat ada yang biasa makan lambat. Kebiasaan itu ditenggarai terkait juga dengan sikap dan perilaku seseorang. Penulis pernah punya seorang teman yang makan begitu cepat. Istilahnya nasi baru patah dua sudah ditelan!

Orang yang suka makan dengan cepat, konon termasuk orang yang sangat produktif dan gerak cepat dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Sayangnya, orang-orang ini kadang kurang cakap dalam menentukan skala prioritas dan harus keteteran saat harus mengerjakan beberapa tugas dalam waktu yang bersamaan.

Seorang teman memberi tips, jika ingin merekrut karyawan, beri makan calon karyawan itu terlebih dahulu. Jika makannya cepat, berarti dia termasuk orang yang sigapl. Tetapi jika makannya lama, bekerjanya pun lambat.

Jadi soal makan itu sangat banyak variablenya. Belum lagi bila dikaitkan dengan faktor adat-istiadat atau kebiasaan. Jadi kesimpulannya, ada orang yang bisa makan cepat, ada yang tidak.

Nah, bagi yang tidak biasa makan cepat, sebaiknya siapkan saja makanan dari rumah, lalu makan di tempat yang nyaman. Apakah di kantor atau di taman. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saja bisa makan di emplasemen kantor polisi, masa’ rakyat biasa enggak bisa. Cobalah daripada dibawa oleh Satpol PP!

Oleh: Herman Wijaya

Avatar photo

About Herman Wijaya

Wartawan, Penulis, Fotografer, Videografer