Berapa lama kita harus memberi kesempatan pada seorang untuk menyadari kesalahannya, berubah, dan memperbaikinya agar menjadi baik?
Jangan melotot, komplain, apalagi langsung marah seperti itu.
Coba tarik nafas panjang. Bertanya itu toh tidak salah. Kita jangan lantas menghakimi, bahwa orang yang sering berbuat salah itu sulit sadar diri dan berubah.
Sekiranya yang melakukan kesalahan itu kita atau anggota keluarga. Apa mungkin orang lain juga sereaktif kita?
Belum tentu. Karena itu kita juga jangan menilai orang lain dari kacamata sempit kita.
Tidak ada gunanya kita reaktif. Lebih baik jika kita merespon masalah itu dengan tenang dan berpikir jernih.
Kita jangan mudah mengambil keputusan atau menyimpulkan suatu hal dari kepentingan diri agar tidak memperkeruh suasana, dan merugikan yang lain.
Manusia itu lemah. Berbuat salah itu juga hal biasa. Tapi kita tidak boleh mencari pembenaran diri dan bersembunyi di balik kelemahan itu.
Kesempatan untuk berubah itu harus kita berikan pada siapapun yang menyesal dan ingin memperbaiki kesalahannya.
Kita juga tidak perlu membatasi waktu pada seorang untuk menyadari kesalahannya, menyesali untuk berubah, lalu menjadi baik.
Sakit batuk itu ada obatnya, tapi watak seorang? Juga bisa sembuh. Apapun yang ada di dunia ini sufatnya mudah berubah, sedang ketetapan itu milik Allah.
Jika kita melihat orang berbuat salah dan membiarkannya, berarti kita juga berdosa, apalagi jika kita bersikap cuwek dan tidak peduli. Kita wajib mengingatkannya.
Caranya, orang yang salah itu kita ajak bicara empat mata. Tanpa mengadili, kita memberi tahu kesalahannya, mengingatkan, dan memintanya untuk berubah.
Sekasar-kasarnya seorang, ia mempunyai nurani.
Sejahat-jahatnya seorang, ia mempunyai hati.
Semua ada masanya. Ada waktunya. Perubahan itu selalu datang dan pergi.
Sebagaimana Allah mengasihi kita, IA selalu merindukan kita untuk berubah menjadi baik.
Sudah seharusnya kita juga selalu berusaha memberi kesempatan pada siapapun untuk menyesali kesalahannya dan hidup menuju kepada Yang Mahabaik.
Kasih itu lemah lembut, sabar, murah hati, dan rela berkorban.
Hidup semakin indah, jika kita saling mendoakan dan memberkati. (MR)