Berita yang Menghangatkan Perasaan

Oleh EFFI S HIDAYAT

Sungguh, rawan hati saya mendengar berita-berita pandemi yang semakin menjadi, di hari-hari belakangan ini. Walau sudah memilah, terkadang kita tak punya pilihan jika masih saja secara tak sengaja mata kita menangkap kisah duka yang berseliweran. Bahkan, boleh jadi pula hal itu dikarenakan kesengajaan kabar yang tak bikin nyaman dibawakan teman kepada kita.

Ya, ya, share n klik itu toh, hanya sedetik kecepatan di ujung jari dibanding elaborasi hati dan kesiapan otak berpikir dalam memutuskan: berbagi atau menahan diri untuk tidak mengirimkannya kepada orang lain.

Namun demikian, saya bersyukur masih menemukan berita-berita yang menghangatkan perasaan. Di antaranya, bantuan dana bagi si Bahenol, kapal RS Apung dr Lie Dharmawan yang kandas tenggelam di NTB. Beruntung tak ada korban jiwa.Dan, akhir Juni lalu; IDR 30,812,344,877 (21.842 donatur) terkumpul dalam sekejap!

Luar biasa, bukan? Saya percaya pada dasarnya, masyarakat Indonesia itu welas asih, murah hati, dan punya empati semangat gotong royong yg bukan main tak tercela. Seperti contoh nyata lainnya, tindak kasih Pastoral Samadi dalam menampung penderita Covid. Ada sekitar 60-an pasien yang tak hanya terdiri dari pastor dan keluarganya, tapi juga anak-anak panti asuhan, dan bahkan umat awam.

Menurut Romo Yus, Pastor Kepala, mereka membuka kamar kampus 1,2,dan 3 yang tak bisa lagi menampung yang datang. Walau 16 pasien telah sembuh, penderita baru lainnya antre. Beruntung Samadi ditunjang oleh dapur Sr. Brigita, dan tentunya kiriman para umat. Ada makanan, obat-obat dan vitamin, bahkan tabung gas!

Ah, andai lebih banyak lagi di bukakan pintu-pintu rumah ibadah, atau apa-lah; rumah-rumah singgah “oase” yang tentu saja membutuhkan kesiapan dapur, tenaga dan peralatan medis lainnya, selain para relawan yang berjiwa martir tak takut terpapar demi membantu orang lain?

Saya percaya, satu langkah kecil kebaikan akan genap diikuti langkah2 kebaikan selanjutnya.

Maka, izinkan saya berbagi haru. Karena tak ada yg mampu saya lakukan selain berbagi berita kabar gembira yang paling tidak bisa bikin adem di tengah marak panasnya situasi dan kondisi yang menghantam dunia saat ini.

Dan, tentu juga : doa, sebagai ikhtiar utamanya manusia yg hanya mampu saya upayakan. Doa, ya, doa adalah upaya kita minimal yang sangat paling mudah kita upayakan dari balik pintu-pintu rumah masing-masing.

Mari, bersama kita bukakan pintu-pintu rumah kita yang tertutup saat ini dengan lantunan doa. Satukan hati, hening mendoakan bagi mereka yang sakit, mereka yg berpulang, para hati yang lelah, terluka, dan patah. Untuk keselamatan bangsa-bangsa di dunia. Semoga disembuhkan, diberi penghiburan, kesabaran.

Mari saling bersatu dalam doa. Minggu 11 Juli, pukul 14.00 WIB, hari ini.
Amin.

Berkah dalem.

Avatar photo

About Effi S Hidayat

Wartawan Femina (1990-2000), Penulis, Editor Lepas, tinggal di BSD Serpong, Tangerang