Foto :ImaArtist/Pixabay
Manusia percaya dan mengalami dalam diri ada raga dan jiwa. Maka dalam adat budaya maupun agama, ada berbagai konsep dan ajaran, serta upaya dan tradisi menjamin kesadaran akan kebutuhan jiwa. Jiwa, aspek rohani dalam diri juga mempunyai kebutuhan. Ritual, doa, sesaji sembah, tempat ibadah, kepercayaan dan agama menjadi cara upaya menjawab kebutuhan jiwa – rohani manusia.
Meskipun sudah menjadi tradisi dalam adat budaya dan agama tentang menjalin relasi dengan Sang Maha Mutlak, Sang Pencipta dan Pemilik semesta, namun kerinduan pribadi selalu berjuang memahami dan mau mengalami perjumpaan personal dengan Sang Maha Mutlak itu. Entah dengan berguru kepada para suci dan bijaksana, entah berdoa samadhi, entah bertapa dan berkelana. Ada banyak cara dan pilihan untuk menemukan jawaban kerinduan jiwa. Mau mengalami perjumpaan pribadi dengan Tuhan yang dirindukan jiwa, seperti rusa mendamba air segar bagi dahaganya. Lalu, kutuliskan renungan itu dalam sajak:
Kelana Mencari Bertemu Sang Maha Mutlak
Sudah ada dalam sejarah
warisan kebijakan para leluhur
tentang Sang Maha Mutlak
dengan aneka bahasa mantra
dengan berbagai saji ritual
dengan bermacam tempat sakral
dengan kitab dan ajaran
untuk dikenali dialami
untuk dihayati diimani
untuk diamalkan dihidupi
Bukan
dipertanyakan dan dikaji
digugat dengan argumentasi
agar bisa puaskan selera
agar mampu dikupas tuntas
agar sempit pikiran puas
Sang Maha Mutlak
Sungguh nyata dialami
dengan kesadaran syukur
bukan dengan pintar berpikir
Sungguh ada dan terjadi
saat kerendahan hati bersujud
dengan iman taqwa jiwa
bukan kesombongan selera
untuk puaskan dahaga rasa
untuk penuhi kerakusan raga
Kelana rindu damba
menemui Sang Maha Mutlak
Ibarat berjuang menghitung bulu badan dan rambut
Ibarat berjuang melihat bola mata dan wajah sendiri tanpa cermin
Ibarat memaksa menghitung jumlah pasir pantai dan gelombang samudera
Ibarat bernafsu menangkap awan dan menghitung jumlah bintang
Ibarat berjuang mewarnai pelangi
Ibarat keyakinan mampu memadamkan matahari dengan kedua telapak tangan
Ada yang katakan
Carilah Tuhan
selama Dia berkenan ditemui
Temukanlah Tuhan
selama Dia berkenan dicari
Pikiran kita
bukanlah pikiran Tuhan
Kehendak kita
bukanlah kehendak Tuhan
Sang Maha Mutlak
hanya dapat dialami
hanya dapat disyukuri
dalam kesahajaan jiwa
yang sadar bersujud syukur
bukan yang pintar bertanya
bukan yang sombong memaksa
bukan yang buta bernafsu
Dia Maha Nyata
sekaligus Maha Misteri
Dia Maha Ada
sekaligus Maha Sempurna
Dia Maha Mengetahui
dan Maha tak Terjangkau
Bukan untuk dicari
Bukan untuk dikaji
Bukan harus tuntas dimengerti
Dia Yang Maha Cinta
hanya perlu diakui
hanya perlu disadari
hanya perlu disyukuri
hanya perlu dialami
dalam cinta tak bertepi
dalam amal kasih damai
dalam karya memberi berbagi
karena sahaja iman sanubari
Simply da Flores Harmony Institute
Menemukan Relasi Abadi dalam Ciptaan – Menulis Kehidupan-130