Seide.id -Setiap kali saya melihat pegawai koperasi keliling itu datang ke pasar, lalu berbincang akrab dengan para pedagang, hati ini jadi sedih, sakit, dan nelangsa.
Bagaimana tidak nelangsa. Karena pegawai koperasi keliling yang tidak lain tukang kredit itu melancarkan aksi rayuan maut agar pedagang itu mau pinjam uang dengan bunga yang mencekik leher.
“Membayar cicilan secara harian itu kesannya ringan, dan tidak terasa. Padahal bunganya membuat kita jadi sulit bernafas,” keluh NR yang berdagang makanan ringan di Pasar Senen itu.
NR sungguh paham dan menyadari, banyak pedagang terjerat hutang renternir, karena proses pinjamnya mudah, tidak ribet atau berbelit. Cara nyicilnya juga mudah, karena setiap hari didatangi. Berbeda, jika pinjam uang di bank yang resmi.
Dari rasa prihatin itu terpikir oleh NR untuk membuat koperasi pedagang pasar. Niat itu ia kemukakan pada beberapa pedagang. Ibarat gayung bersambut. Ide itu didukung oleh teman-temannya. Ia didapuk untuk mengkoordinasi dan menjadi ketuanya.
Sesama pedagang pasar itu lalu didekati NR dan calon pengurus untuk menabung secara harian: “Dari pedagang untuk pedagang.” Daripada pinjam uang ke renternir, lebih baik itu pinjam ke koperasi sendiri. Syaratnya tidak ribet dan bunganya dijamin lebih miring. Bahkan, jika pedagang itu masuk jadi anggota itu pinjam uang tidak dikenakan bunga.
“Mengedukasi pedagang itu mesti sabar,” jelas NR yang tidak kenal putus asa untuk meyakinkan para pedagang. Betapa besar manfaat menabung demi masa depan.
Di sela kesibukannya berdagang, ia rajin mendatangi pedagang untuk menawarkan tabungan koperasi itu. Bicara dari hati ke hati agar mereka tergerak untuk bergabung.
Kegigihan dan ketekunan NR cs itu pelan tapi pasti berdampak positif. Kehadiran koperasi itu disambut baik dan dipercaya oleh pedagang pasar.
“Alhamdulillah. Secara perlahan renternir pun menyingkir dengan hadirnya koperasi ini,” jelas NR penuh syukur. Tidak hanya itu, dulu bermimpi lewat arisan, jika dapat untuk mewujudkan keinginan. Kini, untuk wujudkan mimpi itu mudah. Caranya, kita bergabung dengan koperasi dan menjadi anggotanya.
“Yang membuat kami bangga sebagai pengurus koperasi adalah, jika ada anggota hendak pinjam uang cukup besar ke bank mitra koperasi, biasanya pihak bank itu minta referensi pada kami,” jelas NR sambil menghisap rokok.
“Alangkah dahsyat, jika di setiap pasar itu nantinya miliki koperasi pedagang. Sehingga tidak ada lagi renternir,” guman NR sambil menerawang ke kejauhan.
Semogga obsesi dan impian NR cs itu nyata.
Mas Redjo /Red-Joss