penulis MAS REDJO foto ASKARA
Berserah pasrah pada Allah berarti kita berusaha dan berjuang hingga garis akhir, untuk menyelesaikan dan menuntaskan pekerjaan itu. Ketika kita diam, tidak berbuat apa-apa, dan sekadar mengandalkan Allah berarti kita berserah pasif. Hal itu tidak mencerminkan sikap pasrah yang sejati.
Kecenderungan mager alias malas gerak dan malas berpikir, membuat kita mudah putus asa, menyerah, dan kalah
Kita lalu mudah mengeluh, komplain, dan mudah protes kepada Allah, “Kenapa hal ini harus terjadi dan kita alami…?”
Akibatnya, dada ini menyesak dan sakit.
Padahal, cara berserah kita sendiri yang salah, karena bergantung sepenuhnya pada Allah tanpa bersinisiatif untuk berusaha dan berjuang menjadi pemenang.
Tidak sedikit di antara kita yang kecewa dan menyesal, karena berdoa siang malam, tapi usaha tidak membawa hasil. Bahkan Allah seakan menjauhi dan meninggalkan kita sebagai yatim piatu.
Padahal sejatinya Allah tidak pernah meninggalkan kita. IA selalu menyertai kita hingga akhir zaman.
Berserah pasrah pada Allah itu harus diimani. Tidak sebatas di mulut, di bibir, atau setengah hati. Tapi secara totalitas dari kedalaman hati agar kita bertekun dan berjuang untuk mengubah keadaan semakin baik.
Kita tidak bisa mengandalkan kemampuan diri sendiri, tapi yang utama adalah mohon pertolongan rahmat Allah agar kita ditopang-Nya. Dan kita menjadi kuat dalam menjalani hari-hari yang sulit dan berat.
Allah Mahabesar!
Seberat dan sesulit apapun masalah kita, tidak ada artinya jika dibandingkan dengan belas kasih-Nya yang tak terbatas.
Berserah pasrah pada Allah berarti kita berani ikhlas untuk menerima kenyataan hidup sebagai anugerah-Nya. Kita tidak mempunyai hak untuk mengatur dan menuntut Allah agar mengabulkan permohonan kita.
Sejatinya, berdoa itu tidak berarti meminta atau menuntut pada Allah, tapi sebagai ungkapan syukur atas anugerah dan karunia-Nya.
Kita percaya dan mengimani, tanpa diminta Allah memenuhi kebutuhan kita. Dan IA selalu memberikan yang terbaik pada umatnya agar bahagia. (MR)