Saat Kita Bersujud, Badai Itu Lewat

“Mustahil, orang yang bersujud dapat selamat dari badai sedahsyat itu!”

“Jikapun selamat, paling sembunyi di dalam bungker.”

Tidak percaya, ya, kita mudah tidak percaya, karena kita tidak melihat dan mengalami peristiwa itu sendiri.

Meremehkan, ya, kita juga sering kali meremehkan, bahkan bersikap sinis pada orang lain yang status, kepandaian, atau bakatnya jauh di bawah kita.

Disadari atau tidak, sebenarnya kita cenderung tinggi hati dan menilai orang lewat kacamata sendiri.

Padahal, jika kita sadar diri dan mau pahami, peristiwa banjir, gempa bumi, atau hal yang tragis itu sebenarnya untuk mengingatkan kita agar mengambil hikmahnya.

Kita diberi kesempatan oleh Allah untuk perbaiki diri dan jadi baik agar kita menyiapkan bekal dalam peziarahan ini untuk kembali kepada-Nya.

Kenyataannya, kita ingin melihat dan mengalami mukjizat Allah. Kita ingin melihat bukti nyata dan lupa, bahwa sejatinya hidup ini adalah mukjizat-Nya.

Sekiranya kita mau membuka hati dan merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan Allah, maka bagi Allah tidak ada yang mustahil.

Sama halnya dengan badai kehidupan kita. Seberat dan sesulit apapan persoalan hidup ini, Allah Yang Maha Hebat mampu menyelesaikannya. Kita tidak fokus pada ketakutan pada ancaman, persoalan, sakit, atau peristiwa hidup itu, tapi fokus pada belas kasih dan kemurahan hati-Nya.

Merendahkan diri serendah-rendahnya untuk sujud di hadapan Allah adalah ilmu untuk menyatukan diri dengan bumi keikhlasan. Ketika kita mengakar kuat dan bersatu dengan bumi ini, adakah badai dahsyat mampu menerbangkannya?

Foto :Stocksnap/Pixabay

Aku Bersujud di Bawah Kaki-Mu

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang