Bersyukur di Tengah Bencana

Seide.id – Apapun namanya, bencana itu pukulan jiwa. Terlebih dahsyat lagi jika menelan banyak korban, baik jiwa maupun harta benda.

Bencana terjadi di mana-mana. Gempa bumi, gunung meletus, banjir, dan pandemi Corona yang tidak kunjung usai. Seakan alam tengah murka dan meminta pertanggungjawaban dari kita.

Jangan bilang bencana itu datang karena Allah menguji umat-Nya. O, itu anggapan yang salah kaprah dari jiwa yang kerdil.

Allah tidak mungkin menghancur-leburkan alam ciptaan-Nya. Apalagi untuk memberi cobaan bagi umat-Nya dengan berbagai bencana. Adakah terpikir oleh kita, mungkinkah tanpa sebab kita merusak karya seni buatan kita sendiri?

Begitu pula Allah. Ia sedih, berduka sekali melihat bencana itu. Ia menciptakan alam dan seisinya untuk memenuhi kebutuhan kita, manusia, agar kita mengolah dan merawat alam.

Kenyataannya, banyak dari kita yang rakus, mengeksploitasi alam dan merusaknya tanpa mau bertanggung jawab.

Dengan timbulnya berbagai bencana itu sebenarnya Ia ingin menunjukkan belas kasih-Nya kepada kita. Ia ingin menyapa, mengingatkan, dan mengasihi kita.

Ia ingin menunjukkan akibat yang timbul dari perbuatan kita, sehingga alam bereaksi untuk mengobati lukanya sendiri.

Di mana Allah berada saat terjadi musibah, wabah penyakit, dan berbagai bencana?

Jangan bilang Allah tak peduli dan abai terhadap kita.

Jauh sebelum kita jatuh sakit, timbul musibah atau bencana, sejatinya sinyal alias tanda itu telah muncul untuk kita lihat dan rasakan.

Lihatlah sasmita alam lewat hewan, angin, atau cuaca di sekitar kita.

Sayangnya, kita sering tak peduli, tak acuh, dan sering kali masa bodoh terhadap alam.

Kita menjauhi Allah.
Sinyal dan tanda kita sepelekan, remehkan, bahkan tidak kita rasakan.

Ketika jatuh sakit, timbul bencana, musibah, dan seterusnya, kita sambat kepada Allah. Bahkan, banyak dari kita beranggapan, semua itu terjadi karena Allah tengah menguji atau menghukum kita sebagai takdir.

Kenyataannya, ketika takdir itu mendatangi, sebenarnya kita sendiri yang abai, menyepelekan, bahkan kita yang mencobai Allah.

Kita merasa sebagai orang beriman, baik, dan murah hati, sehingga Allah bakal melindungi dan menyelamatkan kita.

Sombong rohani itu membutakan hati sendiri. Sebab, yang berhak menilai dan mengadili kita itu Allah yang empunya hidup kita.

Sebaliknya, jiwa yang rendah hati itu tidak bermegah diri. Kita berani menerima saran dan memahami orang lain sebagai anugerah, untuk membaca dan melihat tanda-tanda kehadiran Allah.

Di dalam musibah atau bencana, kita merasakan Allah yang menyapa dan mengasihi kita. Dengan selalu mensyukuri hidup, baik suka dan duka, hidup merupakan berkat agar kita berhikmat. (MR)

Hidup Itu Keberuntungan!

Turun Level …? Gengsi Dong!

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang