Jurnalis Seide.id bersama aktifis GusDurian Lilik Sugianto Lie, berkesempatan menemani rohaniawan Budhis, Bhante Nima Gon Chiap alias Banthe Karma audensi ke Ketua PBNU KH Said Agil Siradj untuk mengucapkan Selamat Hari Santri Nasional 2021. Berikut catatannya yang disajikan dalam dua tulisan .
Oleh DIMAS SUPRIYANTO.
BHANTE Karma mengingatkan bahwa Sumatera, khususnya Kerajaan Sriwijaya pernah menjadi pusat agama Budha di dunia. “Dulu orang Tibet belajar agama Budha di Sumatera. Sekarang terbalik, “ katanya dalam obrolan di kantin menjelang sowan pada Ketua PBNU, Kyai Haji Said Agil Siradj, Rabu siang (20/10) lalu. Kerajaan Sriwijaya berjaya antara abad ke tujuh hingga abad 11 masehi.
Sriwijaya sebagai pusat pembelajaran ajaran Buddha tidak lepas dari peran Dharmakirti, katanya. Beliau merupakan biksu tertinggi di kerajaan yang memiliki pengetahuan luas tentang ajaran Buddha. Bahkan, Dharmakirti pernah menyusun kritik terhadap isi kitab Abhisamayalamkara.
Ajaran Budha yang dianut oleh Bhante Karma satu aliran dengan Dalai Lama, yang tak ada organisasi pengayomnya di sini. Dia bukan anggota Walubi atau organisai Buddhis lainnya. “Kami Budha independen, “ katanya setengah bercanda, setengah serius.
Di seluruh dunia pada hari ini ajaran Budha terdiri dari tiga aliran besar, yaitu (1) Terawada (2) Mahayana (3) Vajrayana atau Tantrayana. Tantrayana pecahan Mahayana.” Saya dari Vajrayana. Tantra dan Mahayana sama saja”.
Perbedaan dari ketiganya hanya di metode. Tujuannya sama. “Seperti NU dan Muhamadiyah, “ katanya.
Sedangkan Buddhisme Tibet ada 4 aliran besar: 1. Nyingmapa 2. Sakyapa 3. Kargyupa 4. Gelugpa, “ katanya.
Bhante Lama Karma Zopa Gyatsho – demikianlah nama lengkapnya – berguru kepada Lobsang Guhdo Nima Rinpoche, yang memiliki biara di Tibet dan membimbing 300 an ‘lama’ (santri) . Gurunya Lobsang Guhdo Rinpoche adalah Dalai Lama – dari aliran yang sama, yaitu Gelugpa. Sehingga Bhante Karma tergolong “cucu murid”.
“Dalai Lama yang mengesahkan reinkarnasi guru Lobsang. Jadi Dalai Lama itu eyang guru-nya Bhante. Muridnya Dalailama ada beberapa di Indonesia, “ papar Lilik Sugianto Lie yang memperkenalkan saya padanya.
Bhante Karma merupakan satu satunya murid Lobsang Guhdo di Indonesia.
Sempat saya tanyakan, setelah Dalai Lama siapa yang akan menggantikan ? “Kayaknya Karmapa ke 17, “ dia menebak. “Pengganti Dalai Lama tidak bisa ditunjuk. Beliau menunjuk diri sendiri, “ katanya.
Sebelum meninggal, petinggi Budha menulis surat wasiat dan disegel. Dia pesan kepada anak buahnya, agar delapan tahun setelah dia meninggal baru dibuka. Apa yang terjadi? Setelah waktunya tiba itu, dari wasiat sudah tertulis. Bahwa beliau menyebut sudah lahir kembali di satu daerah di kota itu – lengkap jalan dan gangnya. Lalu ada yang diutus untuk mencari dan menjemput . Anak yang ditemukan, dibawa.
“Bagi orang Tibet, merupakan kehormatan jika anaknya dibawa ke vihara. Jadi reinkarnasi pemimpin tertinggi umat Budha, “ katanya.
Bhante Karma adalah rohaniawan Budhis yang tidak merayakan Waisak, Hari Besar Budha di sini memperingati kelahiran Pangeran Siddhartha dan wafatnya Buddha Gautama.
“Kami merayakan kelahiran Budha setiap hari. Ritual yang kami lakukan di vihara dan rumah warga bersama umat adalah perayaan Budha, “ jelasnya.
Selanjutnya, boleh lepas jubah lima kali