Beertemu dan silaturahmi dengan KH Said Agil Siradj merupakan obsesinya selama ini. Dan dia sangat bahagia karena mendapat sambutan hangat.
“Beliau tokoh yang welas asih, ” katanya. “Beliau bukan hanya menjaga NU dan umat Islam. Namun juga menjaga Indonesia, “tambahnya.
Selain mengucapkan Selamat Hari Santri Nasional yang diperingati 22 Oktober 2021 ini, terima kasih atas terjalinnya hubungan baik di antara umat muslim dan Budhis selama ini, Banthe Karma atau Bhante Nima Gon Chiap juga menyampaikan bingkisan, selendang khas dari Tibet dan perlengkapan upacara Budhis.
KH Agil Siradj antusias menerima dua bingkisan itu.
Lahir di Medan, Oktober 1965, sebagai anak keluarga Tionghoa Katholik dan Khong Hu Chu, Bhante Karma masuk vihara sejak lulus kuliah. Nama remajanya adalah A Shiong. Dia sendiri yang memilih Budha. Keluarga besarnya masih Kong Hu Chu dan Katolik.
“Masa muda saya bandel. Tapi sejak masuk vihara saya gak keluar lagi, “ katanya, seraya mengungkapkan beberapa temannya ada yang keluar masuk vihara, karena bimbang, menikah dan goda’an duniawi lainnya. Lalu masuk lagi, keluar lagi.
“Ajaran kami membolehkan ‘lepas jubah’ sampai lima kali. Setelah itu, ya, terserah pilihannya, “ katanya. Lepas Jubah adalah keluar dari kehidupan vihara dan menjadi warga biasa.
Saya membahas doa yang dibacakan yang dibacakan di depan Abuya KH Said Agil Siradj. ”Di Budhis ada doa panjang dan ada yang panjang sekali, “ katanya. “Yang sangat singkat, doa kilat ada juga” jelasnya.
Dan acara dibacakan lagi untuk kami, teman barunya. Lumayan panjang. Di bagian ujung ada doa bahasa Indonesia.
Selain doa dalam bahasa Sanskerta, bahasa Pali, Mandarin, Bhante Karma juga membacakan doa dalam bahasa Indonesia, yang disebut Doa Persembahan Jasa.
Doa itu ditujukan kepada semua makhluk dan di dalamnya ada konsep kelahiran kembali. Reinkarnasi.
Bunyinya sebagai berikut;
“Semoga semua jasa kebajikan ini saya limpahkan kepada semua makhluk. Baik yang berada di sini maupun tidak berada di sini. Terutama kepada makhluk makhluk di mana aku masih memiliki ikatan karma atau hutang karma pada mereka, baik di kehidupan pada hari ini maupun kehidupan yang telah lampau.
Semoga pelimpahan jasa ini diterima dengan sukacita, bebas dari kebencian.
Semoga mereka juga mau mengikhlaskan hutang hutang karma saya, kalau ada.
Semoga mereka terlahir di alam kebahagiaan, terbimbing oleh Budha Dharma hingga pada suatu saat mereka mencapai pencerahan sempurna.
Demikian pula semoga saya memperoleh kesehatan yang baik, kemakmuran, keselamatan panjang umur dan seluruh pencapaian spiritual.
‘Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta’.
Semoga semua mahkluk hidup berbahagia. (Bersambung) ***
“