Tindakan Bijak yang Tercermin Melalui Pepatah Jawa (Bagian 32)

Foto : Dok.Pribadi

Pengantar Singkat: Kata-kata mutiara dan nasihat bijak Jawa kuno dari para leluhur Jawa, adalah juga salah satu dari Falsafah hidup bangsa Indonesia yang begitu indah dan penuh dengan makna kehidupan yang mendalam. Semoga dapat menginspirasi Anda dalam menjalani kehidupan Anda sebagai manusia yang sedang selalu berusaha menuju ke arah yang lebih baik.

103. KEBO GUPAK AJAK-AJAK

‘Kebo gupak’ artinya kerbau kotor karena  berkubang. ‘Ajak-ajak’ artinya mengajak atau memengaruhi teman.

Kerbau jika berkubang pasti di tempat yang berlumpur. Kotor dan banyak lumpurnya. Belum lagi jika kerbau yang tengah berkubang itu membuang kotoran di situ. Sehingga kubangan itu bertambah kotor.

Secara harfiah pepatah ini berarti orang yang melakukan perbuatan tidak benar, salah, atau jahat biasanya mudah mempengaruhi orang lain. Bahkan ada yang bersedia, bekerja sama untuk melakukan kejahatan itu.

Ada istilah dosa umbi. Perbuatan salah itu biasanya jamak, tidak sendiri. Misalnya si A (suami) pamit kepada si B (istri) pergi ke sawah. Sawahnya dekat dengan sawah milik si C. Ketika rumahnya ada tamu, si  B menelepon si A. Tetapi yang menerima si C. Si C sudah dipesan oleh si A, jika si B menelepon supaya dikatakan sedang membeli sarapan di warung. Padahal si A tidak ada di sawah miliknya dan tidak pula membeli sarapan di warung.
Si C sudah terpengaruh mau diajak berbohong  oleh si A. Inilah dosa umbi yang oleh orang Jawa sering disebut dengan ‘Kebo gupak ajak-ajak’.

104. LAKUNE  KEPLENTHONG

Pepatah Jawa ini secara harfiah hendak memberitahukan kepada kita tentang sebuah perjalanan, tidak pernah sepi dari cobaan atau rintangan.

‘Lakune’ berarti jalannya. ‘Keplenthong’ artinya menginjak tanah becek yang lengket. Karena tanah yang dilalui terlalu lengket maka kaki telanjang yang menapaki jalannya tidak lancar dan jadi terhambat.

Pepatah ini juga mengajarkan kepada kita, bahwa dalam perjalanan hidup ini kita harus sabar dan hati-hati.

Rintangan dalam hidup ini tidak boleh dihadapi dengan emosi agar tidak melahirkan tindakan yang kurang pas dan tepat, sehingga menyerap energi yang sia-sia.

Mengambil jalan yang benar itu tidak mudah, apalagi harus melewati rintangan jalan yang satu-satunya itu.

Untuk memperoleh kebahagiaan, orang Jawa memiliki kepercayaan, memulai dari hal-hal yang kecil, sederhana, dan melewati jalan yang penuh rintangan. Jika rintangan itu berhasil dilewati dengan sabar, tekun, dan tabah maka hati ini jadi lega, senang, dan bahagia.

105. LAMBANG UTAMANING WATAK LAN TINDAK

Pepatah Jawa ini secara harfiah artinya adalah: “Simbol keutamaan bagi watak atau karakter dalam bertingkah laku.”

Lewat sebuah pesan bijak hal tersebut digambarkan secara gamblang oleh S. Padmosoekotjo, 31081960 dalam 1 bait tembang pangkur berikut ini:

Pangkur:

Poma ywa nganti kawuntat, para priya mamrih utameng urip, ngulatana nganti antuk lima praboting gesang,
yeku wisma, curiga tan kena kantun, kukila miwah wanita, ganepe lima turanggi. (Jangan sampai ditinggalkan, para pria agar bisa hidup yang utama, perhatikanlah hingga mendapatkan 5 hal yang menjadi sarana bagi kehidupan, yaitu rumah, pusaka jangan terlupakan, burung serta wanita, dan lengkapnya kelima adalah kuda)

Artinya bagi seorang pria atau laki-laki harus memiliki rumah, pusaka, burung, wanita dan kuda. Ini masih dalam rupa simbol, dan bukan arti sesungguhnya.
Maksudnya adalah sebagai berikut:

1. Wisma (omah); sing dikarepake bab “momote”. Priya kudu asipat momot; lire:
Kudu sugih pangapura. Tembung sing luwih apik: sabar-maklum-momot-mengku. (Wisma, rumah, yang dimaksud adalah kaya bukan dalam hal materi, lebih dari itu yang terpenting adalah kaya dalam hal memaafkan/pemaaf dan panjang sabar, tidak suka marah).
2. Curiga (keris, pusaka); sing dikarepake bab “landhepe”. Priya iku kudu landhep ing budi. (Maksudnya adalah ketajamannya. Seorang laki-laki seyogranya harus memiliki ketajaman yang lebih, utamanya di bidang berbudi luhur, cakap, trampil, berwibawa, bijaksana dan memiliki simpati kepada sesamanya).
3. Kukila (manuk); sing dikarepake beciking swarane (anggunge), keprungu ngresepake. Priya iku guneme kudu alus kepenak dirungu lan dirasakake. (Kukila, burung yang diambil di sini adalah anggung atau kicaunya yang merdu. Seorang lelaki harus memiliki kata-kata yang enak didengar, menyejukkan dan tidak melukai hati orang lain, juga kepada istri dan anak-anak serta keluarganya).
4. Wanita (wong wadon); sing dikarepake bab “alusing solah-bawane”. Priya tindak-tanduke kudu sarwa alus, sareh ngarah-arah, ora grusa-grusu. (Yang dimaksudkan dengan kata wanita di sini adalah tingkah lakunya. Seorang lelaki harus memiliki tingkah laku yang halus, tidak kasar dan tegas, sabar, penuh dengan kehati-hatian, dan tidak gegabah atau serampangan).
5. Turangga (jaran); sing dikarepake bab “tekad lan ketangguhane / bandhele ).
Priya iku kudu duwe tekad lan ketangguhan/bandhel. (Turangga, jaran atau kuda yang dimaksudkan adalah tentang niat dan tekad. Seorang lelaki harus memiliki niat dan tekad yang kuat serta tangguh dalam menghadapi berbagai masalah dan harus pandai mencari solusinya).

/ 3 Oktober 2022

Tindakan Bijak yang Tercermin Melalui Pepatah Jawa (Bagian 31) 

Avatar photo

About Y.P.B. Wiratmoko

Lahir di Ngawi, 5 April 1962. Purna PNS ( Guru< Dalang wayang Kulit, Seniman, Penyair, Komponis, penulis serta penulis cerita rakyat, artikel dan buku. Telah menulis 200 judul buku lintas bidang, termasuk sastra dan filsafat. Sekarang tinggal di dusun kecil pinggir hutan jati, RT 021, RW 03, Dusun Jatirejo, Desa Patalan, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur