Tindakan Bijak yang Tercermin Melalui Pepatah Jawa (Bagian 39)

Foto : Dok.Pribadi

Pengantar Singkat: Kata-kata mutiara dan nasihat bijak Jawa kuno dari para leluhur Jawa, adalah juga salah satu dari Falsafah hidup bangsa Indonesia yang begitu indah dan penuh dengan makna kehidupan yang mendalam, semoga dapat menginspirasi Anda dalam menjalani kehidupan Anda sebagai manusia yang sedang selalu berusaha menuju ke arah yang lebih baik.

  1. YEN DIOMONGI AJA NGGADHUGI

“Yen diomongi” (jika dinasehati), “aja nggadhugi” (jangan pura-pura tidak mendengar / menulikan diri). Secara harfiah pepatah Jawa ini mengingatkan kepada kita agar kita sungguh-sungguh mau mendengarkan nasehat bijak dari orang lain.

Namanya saja nasihat, sudah barang tentu kata-kata yang keluar dari seorang penasihat yang baik dan bijak pasti mengandung kebaikan, agar seseorang yang dinasehati bisa menjadi lebih baik dan bijaksana perilakunya.

Pura-pura tidak mendengar atau menulikan diri dari nasihat orang lain merupakan tanda-tanda atau salah satu ciri dari orang yang bebal. Ia ingin enaknya sendiri saja. Mengabaikan nasihat bijak dari orang lain. Jika seseorang ingin hidup bijaksana ia harus mau mendengarkan nasihat atau petuah-petuah bijak dari orang lain.

Orang yang bebal mengabaikan aturan. Berbuat seenak “udel” (pusar) sendiri. Semau-maunya saja tanpa menghiraukan kehadiran orang lain di sekelilingnya. Ini berbahaya. Orang yang bebal akan mendapatkan hukuman alam. Ia akan menerima akibat dari kebebalan yang dilakukan selama hidupnya. Ia kena hukuman “sekarep”. “Karep” (keinginan). “Sekarep/sak karep” (semau gue). Kebebalannya akan mendatangkan karma “sekarep”, sekehendak sendiri, karena kebebalannya.

  1. NYELEHAKE RASA

Pepatah Jawa ini secara harfiah artinya meletakkan atau mendudukkan rasa atau perasaan. “Nyelehake” (meletakan), “rasa” (perasaan).

Di dalam hidupnya manusia sejati seyogyanya harus bisa mendudukkan perasaannya dengan baik dan benar. Memang, manusia wajib berusaha sejauh mampu. Namun demikian, hanya Tuhan-lah yang menentukan. Kepastian yang hakiki ada pada kehendak Tuhan dan kehendak Tuhan adalah baik adanya.

Jika manusia menyadari hal ini, maka hidupnya akan dipenuhi oleh rasa syukur kepada Tuhan. Mesti saja meliputi semua kejadian yang dialaminya baik suka maupun duka. Mengapa demikian? Karena segala sesuatu yang dialaminya Tuhan tahu. Dengan mendudukkan perasaan atau rasa semacam ini hidup manusia akan tenang damai bahagia dan sejahtera.

  1. PRASASAT KAYA KATRAJANG BANJIR BANDANG
    Pepatah Jawa ini secara harfiah berarti bagaikan diterjang atau dilanda banjir besar. Pepatah ini untuk melukiskan keadaan seseorang yang tengah mengalami peristiwa sedih yang sangat hebat atau luar biasa.

Siapapun yang tengah dilanda musibah hatinya pasti susah, sedih dan berduka. Perasaannya sepi, sendiri, seperti ditinggalkan begitu saja. Seperti anak ayam kehilangan induknya. Bingung, merasa tanpa pertolongan dan perlindungan. Dalam keadaan seperti inilah, seyogyanya manusia lebih banyak diam, tenang, dan merenungkan hidupnya. Kesendirian dan kesepian cepat atau lambat pasti akan berlalu. Penyertaan dan bimbingan Tuhan tak pernah berhenti. Suka dan duka ada hikmatnya sendiri. Mohonlah kekuatan di dalam doa. Bercerminlah pada hati yang jernih, niscaya tangan Tuhan akan datang menolongnya.

/ Mangkujayan, Gandhok Kidul, 10 Oktober 2022

Tindakan Bijak yang Tercermin Melalui Pepatah Jawa (Bagian 38)

Avatar photo

About Y.P.B. Wiratmoko

Lahir di Ngawi, 5 April 1962. Purna PNS ( Guru< Dalang wayang Kulit, Seniman, Penyair, Komponis, penulis serta penulis cerita rakyat, artikel dan buku. Telah menulis 200 judul buku lintas bidang, termasuk sastra dan filsafat. Sekarang tinggal di dusun kecil pinggir hutan jati, RT 021, RW 03, Dusun Jatirejo, Desa Patalan, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur