Tindakan Bijak yang Tercermin Melalui Pepatah Jawa (Bagian 40)

Pengantar Singkat: Kata-kata mutiara dan nasihat bijak Jawa kuno dari para leluhur Jawa, adalah juga salah satu dari Falsafah hidup bangsa Indonesia yang begitu indah dan penuh dengan makna kehidupan yang mendalam, semoga dapat menginspirasi Anda dalam menjalani kehidupan Anda sebagai manusia yang sedang selalu berusaha menuju ke arah yang lebih baik.

  1. MRUCUT SAKA KUDANGAN

Pepatah Jawa ini secara harfiah artinya adalah lepas dari harapan. Sebagai misal, seorang anak disekolahkan di Fakultas Kedokteran tetapi pada perjalanan karirnya tidak sebagai seorang dokter tetapi terjun di bidang politik, menjadi seorang Bupati sampai dua periode kemudian menjadi anggota dewan dan masih banyak lagi yang lainnya.

Kudangan atau harapan bisa “mrucut” atau lepas dari jalur semestinya, bisa bernasib lebih baik bisa juga menjadi lebih buruk. Jika berhasil lebih baik ini menjadikan hidupnya beruntung tetapi jika menjadi lebih buruk hidupnya akan kurang beruntung. Ini hanya secara material, lahiriyah. Secara rohaniah tergantung dari cara mereka merasakannya.

Manusia bisa memilih keputusannya sendiri dan menjalani nasibnya. Nasibnya akan berubah manakala mau berusaha untuk mengubahnya sejauh mampu.

  1. SIRIKANE WONG JAWA IKU MAWA SANEPA UTAWA PRALAMPITA

“Sirikane wong Jawa iku mawa sanepa”, Pantangan bagi orang Jawa disampaikan menggunakan perumpaan, “ora kena didhahar wantah.” (tidak boleh dimakan mentah-mentah) “Nadyan sanepa, pralampita nanging akeh kang ora mangerti werdine” (Meskipun demikian banyak juga yang belum paham/mengerti artinya). “Yen sing wis ngerti ya didhahar kaya tetedhan liyane.” (Bagi yang sudah mengerti sudah biasa, tahu akan maksudnya, 0aasti bisa mencerna) “Upamane” (Misalnya):

(1) “Ora pareng dhahar Waluh
Werdine wong urip ora pareng “ngeluh” tegese ora kena ngersula. Urip kudu mandhireng pribadi.(Artinya hidup tidak boleh mengeluh dan harus berdikari).

(2) “Ora pareng dhahar “gandhul” (kates) werdine ora pareng nggandhulake samubarang perkara marang liyan.
Madep mantep Kekuatane dhewe.” (Artinya hidup harus dijalani dengan yakin dan mantap, tidak ragu-ragu dan berdikari, percaya pada diri sendiri, tidak menggantungkan diri pada orang lain seperti buah kates atau pepaya yang selalu bergantung pada pohonnya).

(3) “Ora pareng dhahar pisang raja. Werdine, urip ora kena ngremehake liyan. Nganggep dhiri pribadi wong linuwih. Lan liya liyane.” (Artinya hidup tidak boleh merasa lebih dan meremehkan orang lain)

“Tembunge wong Jawa kuwi kudu dionceki. Kulite dibuang didhahar isine. Monyet wae mangan kacang kulite dibuang. Codhot wae mangan woh-wohan kulite ya dibuang. Sing wicaksana kareben ora digeguyu wong akeh.” (Perkataan orang Jawa itu masih banyak yang tersamar. Ibarat makan buah yang ada kulitnya, kulitnya harus dibuang dulu baru dimakan isinya. Monyet yang makan kacang saja kulitnya dibuang dan dimakan isinya. Codot atau lawa yang makan buah-buahan masak di pohon, kulitnya pun juga dibuang baru dimakan buahnya). Intinya manusia hidup harus bijak, mau belajar pada alam dan menimba kearifannya.
Jangan sampai hidupnya ditertawakan oleh sesamanya karena kebebalan dan kebodohannya.

/ Wisma Ayem, Mangkujayan, Gandhok Kidul, 11 Oktober 2022

Tindakan Bijak yang Tercermin Melalui Pepatah Jawa (Bagian 39)

Avatar photo

About Y.P.B. Wiratmoko

Lahir di Ngawi, 5 April 1962. Purna PNS ( Guru< Dalang wayang Kulit, Seniman, Penyair, Komponis, penulis serta penulis cerita rakyat, artikel dan buku. Telah menulis 200 judul buku lintas bidang, termasuk sastra dan filsafat. Sekarang tinggal di dusun kecil pinggir hutan jati, RT 021, RW 03, Dusun Jatirejo, Desa Patalan, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur