Foto : Dok. Pribadi
Pengantar Singkat: Kata-kata mutiara dan nasihat bijak Jawa kuno dari para leluhur Jawa, adalah juga salah satu dari Falsafah hidup bangsa Indonesia yang begitu indah dan penuh dengan makna kehidupan yang mendalam. Semoga dapat menginspirasi Anda dalam menjalani kehidupan Anda sebagai manusia yang sedang selalu berusaha menuju ke arah yang lebih baik.
- WATU MUNGGAH TUMBU, KRIKIL MUNGGAH KENDIL
Watu, batu. Kerikil batu-batu kecil. Pada zaman dahulu keberadaan batu dan kerikil masih banyak tersedia. Siapapun boleh mengambil secara bebas tanpa membeli, alias gratis.
Lihatlah di zaman pembangunan ini. Batu dan kerikil menjadi bahan utama pembangunan. Keberadaannya sudah tidak bebas lagi. Batu dan kerikil laku dijual. Hasil penjualannya untuk keperluan kebutuhan sehari-hari, misalnya membeli beras sebagai makanan pokok sehari-hari. Karena berasnya dibeli Dari hasil penjualan batu dan kerikil yang dicari atau di tambang, ketika dimasukan ke dalam tumbu untuk dipususi, dicuci dan ditanak dalam kendil, maka timbul kata-kata, “Watu munggah tumbu, kerikil mudah kendil.”
- YEN ANA RESIKUNE SANGGANEN DHEWE
Yen ana resikune sangganen dhewe. (Jika ada risikonya atau akibatnya tanggung sendiri). Pepatah Jawa ini biasanya untuk mengingatkan secara keras kepada mereka yang hendak berbuat sesuatu dengan banyak risiko. Ketika beberapa orang telah menasihati akan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi dan egonya tinggi, mengabaikan banyak nasihat maka muncullah pepatah ini, “Yen ana resikune sangganen dhewe.”
Orang tidak akan mau campur tangan dengan perbuatan orang lain. Ia hanya bisa memberi nasihat atau masukan terbaik. Nasihat, diterima atau ditolak tergantung dari yang dinasihati. Penasihat tidak ikut bertanggung jawab asalkan tidak turut campur tangan di dalamnya. Apalagi jika nasihat baiknya ditolak.
Tindakan Bijak yang Tercermin Melalui Pepatah Jawa (Bagian 52)