Foto : Alain Bonnardeaux/Unsplash
Penulis : Jliteng
Keno iwake ora buthek banyune. Menyelesaikan masalah tanpa masalah.
Ibarat seorang ibu yg telah lanjut dan rapuh Candi Borobudur, sbg salah satu keajaiban dunia, sebuah mahakarya yang tak ternilai harganya, kini sedang berduka, menatap pilu anak negeri ini, yg menepis empathy pada sesama anak negeri.
Apapun ruwetnya keadaan, ibu, tetap menggenggam empathy saat melihat fakta Agar tidak terjebak asumsi yang belum tentu benar
Fakta: Candi Borobudur adalah ,Harta budaya yang cantik namun sudah tua, kondisi batu makin rapuh, baiknya dipandang dengan rasa sayang dan dikagumi dengan cinta dari pelataran, jangan dinaiki. Prinsipnya, sama spt lukisan mahakarya dipamerkan tapi dilindungi dengan ketat agar tidak dijamah.
Pemimpin inspiratif selalu empatik. Akan menghitung semua dampak sebelum bertindak. Tanpa korban, sekecil apapun yang jadi targetnya. Semua aman.
Para bhiksu dan umat Buddha yang beribadat adalah bagian integral dari candi dan fungsinya, yang menghidupkan kecantikan candi itu. Boleh si cantik itu dipandang, diinjak jangan.
Yang beribadat mestinya tidak diperlakukan sebagai turis, namun sebagai penjaga candi melalui cara hidup mereka, berdoa, berpantang dan bermatiraga, bukan hanya untuk candi tetapi untuk negeri ini.
Salam sehat dan tetap setia berbagi cahaya.
Memantik Ide dan Solusi Baru – Catatan halaman 149
Pijar Hidupnya Tak Pernah Padam – Catatan halaman 140
Keajaiban Lahir dari Hidup Yang Biasa-biasa – Catatan halaman 139