Bijak Ala  Borobudur – Catatan halaman 153

Foto : Alain Bonnardeaux/Unsplash

Penulis : Jliteng

Keno iwake ora buthek banyune. Menyelesaikan masalah tanpa masalah.

Ibarat seorang ibu yg telah lanjut dan rapuh   Candi Borobudur, sbg salah satu  keajaiban dunia, sebuah mahakarya yang tak ternilai harganya, kini sedang berduka, menatap pilu anak negeri ini, yg menepis empathy pada sesama anak negeri.

Apapun ruwetnya keadaan, ibu, tetap menggenggam empathy saat melihat fakta Agar tidak terjebak asumsi yang belum tentu benar

Fakta: Candi Borobudur adalah ,Harta budaya yang cantik namun sudah tua, kondisi batu makin rapuh, baiknya dipandang dengan rasa sayang dan dikagumi dengan cinta dari pelataran, jangan dinaiki. Prinsipnya, sama spt lukisan mahakarya dipamerkan tapi dilindungi dengan ketat agar tidak dijamah.

Pemimpin inspiratif selalu empatik. Akan menghitung semua dampak sebelum bertindak. Tanpa korban, sekecil apapun yang jadi targetnya. Semua aman.

Para bhiksu dan umat Buddha yang beribadat adalah bagian integral dari candi dan fungsinya, yang menghidupkan kecantikan candi itu.  Boleh si cantik itu dipandang, diinjak jangan.

Yang beribadat mestinya tidak diperlakukan sebagai turis, namun sebagai penjaga candi melalui cara hidup mereka, berdoa, berpantang dan bermatiraga, bukan hanya untuk candi tetapi untuk negeri ini.

Salam sehat dan tetap setia berbagi cahaya.

Memantik Ide dan Solusi Baru – Catatan halaman 149

Pijar Hidupnya Tak Pernah Padam – Catatan halaman 140

Keajaiban Lahir dari Hidup Yang Biasa-biasa – Catatan halaman 139

SEIDE

About Admin SEIDE

Seide.id adalah web portal media yang menampilkan karya para jurnalis, kolumnis dan penulis senior. Redaksi Seide.id tunduk pada UU No. 40 / 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Opini yang tersaji di Seide.id merupakan tanggung jawab masing masing penulis.