penulis MS editor SEIDE sumber DECRYP.CO foto SOUTH FLORIA REPORTER
Gonjang-ganjing tentang siapa sebenarnya pembuat Bitcoin bernama Satoshi Nakamoto, makin pelik. Terlebih, menyangkut masalah hukum. Dua orang mengaku Satoshi Nakamoto, namun, salah satu yang ngotot adalah Crag. S.Wright, melalui perusahaan Tulip Trading Limited menuntut beberapa pihak yang menyatakan Craig adalah penipu. Craig dianggap penipu, sebab mengaku Satoshi Nakamoto, namun tak mampu menunjukkan bukti otentik, kepemilikan Bitcoin sebanyak 1,000,000 keping Bitcoin.
Di tengah kemelut itu, muncul Jack Dorsey yang kita tahu adalah mantan bos Twitter. Dorsey baru saja mengumumkan Dana Pertahanan Hukum untuk Pengembang Bitcoin. Tugas penumpulan dana tersebut untuk membantu pengembang menghadapi tuntutan Tulip Trading Limited.
Dana Bantuan Bitcoin
Jack Dorsey yang setelah keluar dari Twitter menjadi CEO Block ( dulunya bernama Square) mengumumkan rencana untuk membuat Bitcoin Legal Defense Fund. Sebuah entitas inisiatif nirlaba yang bertugas memberikan pembelaan hukum bagi pengembang Bitcoin, yang saat ini menjadi subjek hukum. Proposal Bitcoin Legal Defensse Fund ini diumumkan melalui email yang dikirim ke milis Pengembang Bitcoin pada 12 Januari 2022.
Dana ini disebut Dorsey sebagai obat meringankan sakit kepala terhadap hukum yang sedang mencegah Pengembang perangkat lunak ini secara aktif mengembangkan Bitcoin serta proyek lain seperti Lighting Network, protokol privasi Bitcoin dan semacamnya.
Surat yang dikirim Dorsey juga menjelaskan bahwa dana tersebut bukan dimaksudkan untuk tambahan dana operasonal. Tetapi, mungkin lebih tepat untuk membayar staf jika diperlukan untuk aktivitas tindakan hukum.
Gegara Satoshi Nakamoto
Jack Dorsey telah mundur sebagai CEO Twitter pada 29 November 2021. Saat ini, ia mendalangi proyek Block ( dulunya bernama Square), perusahaan pembayaran keuangan yang baru-baru ini bereksperimen dengan ide-ide terkait kripto. Termasuk pertukaran terdesentralisasi (DEX) untuk perdagangan Bitcoin, plus cryptocurrency lain.
Selain surat yang ditandatangani Jack Dorsey, email juga ditandatangani salah satu pendiri Chaincode Labs Alex Morcos dan akademisi Martin White. Keduanya bergabung dengan mantan bos Twitter di dewan dana untuk Bitcoin, khususnya dalam menghadapi Craig S. Wright
Menurut surat dalam email, ancaman lanjutan terhadap pengembang Bitcoin menguntungkan lawan, sebab “terdakwa individu telah memilih untuk menyerah tanpa adanya dukungan hukum.”
Pengembang open-source seperti Bitcoin yang diciptakan oleh sosok misterius bernama Sataoshi Nakamoto secara independen, sangat rentan terhadap tekanan hukum, bunyi email tersebut.
Menurut Dorsey, dana yang disisihkan untuk Bitcoin ini untuk membantu pengembang Bitcoin dalam pembelaan dari tuntutan terkait aktivitas mereka yagn bekerja di Bitcoin. Ini, kata Dorsey, akan menjadi opsi bebas dan sukarela yang dapat dimanfaatkan pengembang Bitcoin atas dugaan pelanggaran kewajiban fidusia, jika mereka mau. Termasuk beaya untuk relawan dan pengacara.
Craig. S. Wright, ilmuwan komputer asal Australia, mengaku sebagai penemu mata uang kripto terkemuka Bitcoin yang mengaku menganjurkan pemecahan blockchain yang menghasilkan penciptaan Bitcoin Cash (BCH) pada tahun 2017. Pada November 2018, ia mengaku melanjutkan membuat Bitcoin SV, mengklaim cryptocurrency baru adalah Bitcoin yang sebenarnya—maka nama Bitcoin itu adalah Satoshi Vision (BSV). Tahun 2019, Wright mengajukan tuntutan hukum terhadap beberapa tokoh terkemuka di komunitas Bitcoin, termasuk CEO Blockstream Adam Back.
Dalam gugatan, yang dibatalkan pada April 2020, Wright mengklaim bahwa Back memfitnahnya dengan menyebutnya “penipuan.” Banyak pengamat dan komunitas Bitcoin menyebut Craig yang mengaku sebagai pencipta Bitcoin atau setidaknya berpartner dengan orang lain, sengaja memakai nama samaran Satoshi Nakamoto, namun tak bisa membuktikan bahwa ia pencipta Bitcoin karena tak mampu memberikan bukti.
Sepertinya nama Bitcoin akan terus melejit berkaitan dengan komunitas dan kepentingan yang semakin besar.
BACA JUGA> Bitcoin Sisa 10 Persen, Akankah Harganya Anjlok ke Nol?
