Seide.id – Brain Based Learning (BBL) adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan gaya belajar anak yang belum dikuasainya. Sasaran utamanya berfokus pada perkembangan dan pertumbuhan otak. Caranya? Dengan mengaktifkan sistem-sistem belajar di otak agar lebih seimbang, dengan pendekatan yang berbeda. Baik itu dengan pendekatan motorik, visual, ataupun auditori.
Pada dasarnya aktivitas (dengan segala rangsang) dapat melatih perkembangan otak anak. Nah, dengan BBL, stimulasi yang diberikan akan membuat anak memberikan respons yang menjadi bagian dari keterampilan belajarnya. Keterampilan yang sudah terpatri dalam otak anak, tak akan mudah dilupakan. Ibarat kemampuan naik sepeda roda dua. Bila dalam waktu lama tak digunakan sekalipun, ia masih bisa naik sepeda meski perlu beberapa waktu untuk beradaptasi.
Masa-masa golden age merupakan momen terbaik untuk menstimulasi otak anak. Namun di luar waktu tersebut anak tetap masih bisa distimulasi meskipun kecepatan penyerapan informasinya tak sama. Yang jelas, stimulasi keterampilan belajar anak dengan BBL akan efektif bila dilakukan setiap hari.
Stimulasi BBL
Efektivitas stimulasi BBL sangat tergantung pada kemampuan anak itu sendiri. Anak pun harus senang melakukannya. Lamanya setiap stimulasi kira-kira berlangsung ½ sampai 1 jam. Hasil yang dicapai amat individual karena dipengaruhi beberapa faktor. Seperti kondisi (kemampuan belajar anak), berat-ringannya masalah, motivasi dalam mengerjakan aktivitas, juga seberapa intens latihan/stimulasi yang dilakukan.
Nah, berikut beberapa aktivitas BBL yang dapat dilakukan:
#Persepsi Visual
Contohnya dengan bermain pasel, lego, block building. Tujuannya meningkatkan kemampuan mengingat, memperkirakan bentuk dan ruang, serta perhatian terhadap detail. Dalam bidang akademik, kemampuan visual spasial ini sangat berperan dalam pelajaran matematika (geometri) dimensi tiga yang berhubungan dengan pengenalan ruang. Juga saat mempelajari bahasa-bahasa yang menggunakan simbol, seperti Mandarin dan Jepang.
#Koordinasi Visual dan Gerak
Contohnya adalah permainan bola, badminton, tenis meja atau olah raga lainnya yang membutuhkan pergerakan otot bola mata yang cepat. Permainan ini akan membantu anak di kelas untuk menyalin, membaca lebih cepat dan tidak melompat-lompat (skip words or sentences).
#Auditory Memory
Contohnya permainan mengingat irama (bisa dengan mengingat nyanyian). Atau orangtua bercerita sepanjang perjalanan mengantar anak ke sekolah. Permainan ini berguna untuk meningkatkan daya ingat anak terhadap informasi yang disampaikan secara vebal. Anak mengingat apa yang didengar sepanjang perjalan dari rumah ke sekolah. Di sini anak belajar memusatkan perhatian, mengingat apa yang didengar dan dilihatnya, kemudian diutarakannya. Contoh lain permainan pesan berantai yang mengondisikan anak mengulangi kalimat yang dibisikkan.
(Puspa) – nakita