Pernahkah kita berpikir, “Mengapa barang-barang kebutuhan sehari-hari menjadi langka?” Jika tidak pernah memikirkannya, berarti kita tidak belajar dari pengalaman!
Kita ini gamangan, mudah lupa, atau bisa jadi pura-pura lupa. Tidak seharusnya kebutuhan dan kepentingan hajat hidup orang banyak itu dilupakan. Hal itu jelas merugikan dan menyengsarakan hidup masyarakat.
Kita ini panikan, mudah stres, emosi, dan dibayangi ketakutan yang berlebihan. Akibatnya, kita tidak bisa berpikir menggunakan logika dan akal budi.
Kita kehilangan empati dan tidak lagi peduli kepada yang lain, karena kita ingin menyelamatkan diri sendiri.
Lihatlah, banyak barang kebutuhan pokok hilang dari pasaran. Sekiranya barang itu ada, kita harus berjuang mati-matian untuk mendapatkannya dengan mengantri, berdesak-desakkan, dan harganya pun mahal.
Tidak jarang pengorbanan yang menguras energi itu sia-sia, karena kita tidak kebagian barang alias kehabisan.
Kita kecewa dan hanya mampu bersumpah serapah meluapkan emosi yang tak ada guna.
Lalu, siapa yang bermain? Siapa pula yang menari di atas penderitaan orang lain?
Tak ada antisipasi
Faktor utama dan penting, mengapa kita termehek-mehek saat menghadapi kelangkaan barang adalah kita tidak memiliki jurus antisipasi.
Padahal, pandemi panjang itu harus menjadi catatan penting bagi pemangku kebijakan. Bukannya mencari kambing hitam, melainkan mencari solusi.
Produktivitas yang menurun tajam, karena pandemi, dan aktivitas yang dibatasi itu kudu disikapi dengan bijak.
Kita antisipasi untuk mencari solusi. Dengan melakukan langkah strategis dan berkesinambungan.
Dibutuhkan sikap peduli satu dengan yang lain untuk saling menjaga, mengingatkan, dan mencari terobosan demi kepentingan bersama.
Caranya, kita tumbuhkan kesadaran untuk semakin mencintai produksi dalam negeri. Para pengusaha diminta untuk lebih mementingkan dan mendahulukan pangsa produk dalam negeri, ketimbang mengekspornya demi keuntungan semata.
Dengan kejelasan kebijakan dan aturan yang tepat saling menguntungkan itu, dijamin kita tidak bakal termehek-temek dalam menghadapi persaingan global.
Intinya, kita dituntut piawai mengantisipasi tuntutan zaman agar kita terus menerus melakukan inovasi teknologi untuk mencari terobosan dan solusi.
Dahulukan kepentingan dalam negeri, karena kita cinta produksi Indonesia.