Seide.id – Coba jujur kepada diri sendiri. Kita pilih yang mana, hidup untuk memberi atau meminta. Renungkan, resapi, dan lakukan.
Tak perlu malu, jika kita tidak memiliki harga diri, hidup untuk meminta, karena bergantung pada orang lain. Maaf, jangan tersinggung, jika sekiranya ada yang mengatakan bahwa kita ini tak lebih dari benalu.
Sebaliknya, berbahagia kita, jika memiliki harga diri untuk mandiri, memberi, dan menikmati anugerah Allah.
Hidup memberi atau meminta. Tangan di atas atau di bawah. Apapun keputusan kita, itu pilihan dengan segala konsekuensinya.
Hidup untuk meminta mengajari kita bersifat pasif, malas, dan bergantung pada orang lain.
Alangkah bijak jika kita bergantung kepada Tuhan. Namun, bukan berarti hidup sekadar meminta, meminta, dan meminta lagi.
Ketika berdoa hanya untuk meminta, kita cenderung menuntut, dan mudah sakit hati, jika doa kita tidak dikabulkan oleh-Nya.
Lihatlah burung-burung di udara, ikan-ikan di laut, dan aneka bunga yang menghias diri dengan cantiknya.
Begitu pula seharusnya kita, yang dianugerahi kehidupan, alam yang indah dan kaya raya. Kita ciptaan Tuhan, yang sempurna dibandingkan dengan ciptaan-Nya yang lain.
Tidak seharunya kita malas berpikir dan malas bekerja.
Untuk hidup mulia itu kita harus bekerja, berusaha, berjuang, dan mengandalkan-Nya. Itu untuk mengolah sumber daya dan kemampuan kita.
Jangan pernah berpikir, bagaimana hidup untuk memberi, jika kita miskin dan tidak memiliki apa-apa.
Kita ini sejatinya kaya-raya. Kita kaya talenta, anugerah, dan alam yang subur. Itu untuk kita olah dan kelola dengan baik agar kita murah hati, seperti sifat Yang Maha Pemberi.
Hidup itu berdenyut, bergerak, dan terus berubah. Perubahan itu abadi. Jika kita tidak mau berubah sendiri, kapan kita mandiri?
Memberi itu ikhlas. (MR)