Jika kita disuruh untuk memilih, jadi seorang pejabat yang kaya raya atau pelayan? Hampir, atau bahkan 100% dari kita semua pasti memilih jadi pejabat yang kaya raya. Alasan kita, hidup terhormat, dilayani, dan keren!
Pertanyaannya, apa kita sungguh pahami tugas dan kewajiban seorang pejabat?
Jika kita tidak mengetahui tugas dan kewajiban seorang pejabat, dipastikan kita tidak bisa bekerja dengan baik. Lalu, apa jadinya kita dipilih dan dipercaya? Bisa jadi, kita adalah pejabat boneka yang plonga-plongo! Lebih suloyo lagi, jika jabatan itu dimanfaatkan oleh orang lain untuk kepentingan dan perkaya diri. Tidak hanya merugikan banyak orang, tapi, juga mempermalukan diri ini!
Berbeda jika kita adalah pelayan. Tugas kita adalah melayani semua orang dengan baik, tanpa sekat dan tanpa syarat. Artinya, melayani tanpa membedakan status, baik orang kaya dan miskin, rakyat biasa atau ningrat.
Melayani, kita sungguh memiliki jiwa pelayanan, jika kita mampu memperlakukan orang lain sebaik kita memperlakukan diri sendiri. Intinya, segala sesuatu yang kita kehendaki agar orang lain perbuat baik pada kita, ya, perbuatlah baik pula pada mereka.
Sejatinya, tugas seorang pejabat dan pelayan itu sama, yaitu melayani. Ketika kita mampu mengejawantahkan amanah hidup ini sebagai anugerah Allah. Urip iku urup, artinya hidup bermakna bagi sesama.
Ada renungan yang sangat indah, dan wajib diwujudnyatakan dalam kehidupan keseharian kita: “barang siapa berbuat baik, ia berasal dari Allah. Tapi barang siapa berbuat jahat ia tidak pernah melihat Allah.”
Hidup kita adalah kebaikan, karena kita bersumber dari Allah Yang Mahabaik.
Dengan berorientasi, bahwa sesungguhnya hidup kita mutlak untuk mengabdi dan melayani Allah. Sehingga, apapun yang kita pikirkan dan lakukan bagi sesama itu tujuannya untuk menyenangkan hati Allah. Bukan untuk aku atau kita, melainkan untuk-Nya.
Kita melakukan perbuatan baik agar orang yang melihat perbuatan kita dapat memuliahkan Allah yang di sorga.
(Mas Redjo)