Seide.id – Aku itu heran, banyak orang yang jadi ciut (dan mau saja terus-terusan dimanipulasi oleh pihak lain) hanya karena pihak lain itu mengancam akan bunuh diri….
Sudah tak terhitung aku membaca kisah, seseorang mengancam bunuh diri ketika diputusin pacarnya…. Atau batal dinikahi.
Mengancam bunuh diri kalau nggak diluluskan permintaannya…
Mengancam bunuh diri ketika diminta berobat ke psikolog atau psikiater, karena ngamuk terus meminta perhatian dan perlakuan istimewa.
Aduh….
Aku sih tidak menyalahkan orang yang mau bunuh diri, ya….
Hidup ini memang keras.
Tidak semua orang mampu menghadapinya. Kenapa…? Ya karena hanya orang yang kuat sajalah yang bisa mengatasinya.
Ibaratnya, hanya orang yang mampu mengangkat beban 50 kg yang mampu menenteng belanjaan seberat 15 kilo sambil ngobrol dan ketawa-ketawa… sepanjang jalan dari pasar menuju rumah.
Sesimpel itu.
Jadi kalau kita mau kuat menghadapi hidup, ya kita harus melatih diri menjadi kuat lah. Termasuk melatih diri menjadi tegas terhadap orang yang manipulatif itu, lantas menjawab,
“Mau bunuh diri…? Well… kamu perlu bantuan profesional. Maaf, saya nggak bisa membantumu, selain mengantarkan kamu terapi. Tapi kamu harus hidup terpisah dari saya. Saya punya kehidupan dan keluarga yang harus saya jaga kesehatan psikologisnya dan kedamaiannya dan kenyamanannya. Saya sayang padamu, tapi saya lebih sayang pada diri saya dan anak saya….”
Jawaban semacam itu.
Orang depresi memang harus dibantu.
Tapi bedakan antara orang depresi dengan orang manipulatif…!!!!
Aku pernah depresi bertahun-tahun.
Dan aku mampu menolong diriku tanpa jadi benalu, atau menyusahkan orang di sekelilingku. Aku berobat, aku terapi, aku membangun diri.
So I know what I’m talking about.
Dan ada jutaan penyintas depresi yang berhasil sembuh tanpa drama ….!
Jadi kalau ada yang memutuskan bunuh diri karena sudah tidak berminat menghadapi hidup, itu keputusan mereka. Bukan salahmu. Jangan hukum dirimu.
Hadiri pemakamannya, doakan arwahnya.
Semoga damai.
Selesai.
Hidup terus berlangsung, dengan atau pun tanpa mereka.
(Nana Padmosaputro)