Capres Prancis Memanfaatkan TikTok untuk Kampanye

Seide.id - Aplikasi berbagi video seperti TikTok dipakai para kandidat Presiden Prancis untuk melonjakkan popularitas di Prancis sejak 2020. Targetnya  terutama dari kalangan di bawah 25 tahun. Kandidat presiden melihat keterlibatan di platform melonjak saat mereka menarik pemilih muda menjelang pemilihan April.

Mengenakan jas dan dasi, Presiden Emmanuel Macron mengunggah video TikTok pertamanya pada Juli 2020. Dari taman Istana Elyse, yang terawat, ia mengucapkan selamat kepada para siswa sekolah menengah yang baru saja menerima hasil ujian akhir mereka.

Kurang dari 24 jam kemudian, lawan politiknya, Jean-Luc Mélenchon, pemimpin sayap kiri La France Insoumise (France Unbowed), bergabung dengannya. Dengan nada yang berbeda, Mélenchon berdiri di jalan di luar metro République di Paris dan bermain untuk tertawa, mengolok-olok dirinya sendiri dan presiden dengan mengutip lirik dari penyanyi R&B Prancis Wejdene.

Pada tahun 2022, jaringan media sosial kini menjadi medan pertempuran baru untuk pemilihan presiden berikutnya.
Bersama dengan Mélenchon, kandidat yang dikonfirmasi Valérie Pécresse (kandidat sayap kanan untuk Les Républicains, atau Partai Republik), Eric Zemmour (kanan jauh, kandidat independen), Marine le Pen (kandidat sayap kanan untuk Rassemblement National, atau National Rally), dan Yannick Jadot (calon untuk Europe Ecologie Les Verts, atau Green Party) semuanya telah bergabung di TikTok dalam satu tahun terakhir.
Mereka bukan satu-satunya pendatang baru. Lonjakan penggunaan pada 2020 telah mendorong platform untuk menjadi salah satu aplikasi paling populer di Prancis dalam waktu yang sangat singkat.
Lima tahun setelah diluncurkan pada 2017, TikTok sekarang memiliki lebih dari enam juta pengunjung per hari di Prancis. Semuanya menelusuri video pendek yang bertujuan "untuk menginspirasi kreativitas dan membawa kegembiraan", sesuai dengan jargon perusahaan tersebut.
 
Rutinitas tarian, aksi unik, dan humor, seringkali disetel ke musik atau klip audio, ada di mana-mana, dan menarik penonton yang didominasi anak muda, dengan 75 persen pengguna Prancis berusia di bawah 24 tahun, menurut angka dari Statista.
Sepertiga pengguna TikTok di Prancis mungkin berada di bawah usia pemilih, tetapi, "itu berarti dua pertiga dapat memilih, dan itu masih jutaan orang," kata Paul Smith, profesor politik Prancis di University of Nottingham, kepada FRANCE 24.
"Ini akan menjadi pemilihan yang sangat ketat dan kehadiran media sosial sangat penting."