Dari kursi sutradaranya, film No Time to Die jadi salah satu film paling panas di musim gugur, mendapat review bagus dan diduga bisa menjadi film terlaris di era pandemi. Cary Joji Fukunaga (kiri) bersama Ana de Armas dan Daniel Craig.
Oleh AYU SULISTYOWATI
KETIKA sutradara pemenang Oscar, Danny Boyle meninggalkan pre-production Bond 25, produser film itu kelabakan. Maklumlah, cari pengganti di tengah-tengah berjalannya pra produksi sama sekali tak mudah. Selain itu untuk jadi orang yang ‘diperbolehkan’ menggarap Bond ada syaratnya – setidaknya begitu yang terjadi sebelumnya.
Di era Daniel Craig, pernah ada Martin Campbell yang asal New Zealand yang diberi kepercayaan menggarap Casino Royale (2006), dilanjutkan Marc Foster yang kelahiran Jerman lewat Quantum of Solace (2008). Lalu Skyfall (2012) dan Spectre (2015) yang digarap Sam Mendes (American Beauty) sutradara pemenang Oscar yang kebetulan asli Inggris.
Kalau diruntut sepanjang sejarah film Bond, satu-satunys sutradara kelahiran Amerika yang pernah membesut Bond hanya Irvin Kershner lewat Never Say Never Again (1983) yang dibintangi Sean Connery dan Kim Basinger.
Klasik dan tradisional adalah dua hal yang harus menempel pada film dan sutradara Bond. Tak peduli secanggih apapun kisahnya, dua unsur itu harus tetap ada.
Maka, saat duo produser Michael G. Wilson dan Barbara Broccoli mengumumkan mereka menunjuk Cary Joji Fukunaga menggantikan Boyle banyak yang terkejut.
Lalu apa ‘hebatnya’ Fukunaga, sehingga dianggap bisa meneruskan ‘tradisi Bond’?
Selanjutnya, Bikin kaget produser Bond