Ayahnya yang berdarah Jepang merupakan generasi ke-tiga Jepang yang lahir di Amerika, tepatnya di kamp pengasingan Jepang – Amerika di masa Perang Dunia II. Memenangkan kategori sutradara terbaik di Sundance Film Festival 2009, mendadak namanya mulai masuk ‘radar’ perfilman Hollywood.
Oleh AYU SULISTYOWATI
Jarang-jarang ada sutradara yang bisa bikin para perempuan penonton TV histeris. Bahkan, jarang pula ada sutradara yang dikagumi lantaran tampangnya. Kalsu pun ada, rata-rata mereka aktor yang beralih profesi atau ‘kerja sampingan’ jadi sutradara, sebutlah Clint Eastwood, Kevin Costner atau Mel Gibson. Semuanya ganteng, dan sangat hot pada masanya.
Tapi sutradara satu ini ketika menyutradarai James Bond, bahkan tampak lebih ganteng dan seksi ketimbang sang agen 007. Ini bukan kali pertama ia tampil ‘mengejutkan’, tahun 2014 silam ketika Cary Joji Fukunaga naik ke podium Emmy Awards, saat memenangkan kategori sutradara terbaik penonton TV langsung blingsatan.
Mengenakan tuxedo, kacamata tapi rambut panjangnya dikepang dua. Penampilannya membuat banyak yang terkesima. Siapa sutradara kurang terkenal tapi ganteng dan keren itu?
Cary Joji Fukunaga adalah ‘produk’ asli Amerika. Ayahnya yang berdarah Jepang meruapakan generasi ke-tiga Jepang yang lahir di Amerika, tepatnya di kamp pengasingan Jepang – Amerika di masa Perang Dunia II. “Kakek dan ayah saya tak pernah membicarakan hal itu. Dan saya rasa masa kecil sayalah yang membentuk saya sekarang.”
Masa kecil Cary tak bisa dikatakan sempurna. Lahir dari keluarga berdarah campuran Jepang dan Swedia dari pihak ibunya, orangtuanya harus bekerja keras untuk menghidupi mereka. Sang ayah, Anthony Shuzo bekerja sebagai salesman, menjual generator, sementara ibunya Gretchen May bekerja sebagai asisten di sebuah dental.
Tampangnya yang kadang malah lebih mirip Native American (Indian) sudah bikin bingung orang sejak ia masih bocah. Banyak yang ingin tahu, sebenarnya Cary ini Asia atau kulit putih, atau malah Indian tadi. Nama belakangnya yang terdengar asing juga jadi bahan ledekan teman-temannya. “Saya sering dipanggil ‘Fuck-anaga’, atau ada yang meledek saya anak komunis,”kenangnya. Tapi Cary tak ambil pusing.
Lalu orangtuanya bercerai. Tapi itu membuat keluarganya makin ‘lengkap’. Ia punya seorang kakak laki-laki yang beda ibu, dan seorang adik laki-laki yang beda ayah. “Dan saya juga punya adik perempuan yang diadopsi.”
Saat bocah ia bermasalah lantaran tak kunjung lancar membaca dan memiliki kecenderungan ADHD, alias hiperaktif dan impulsif yang berlebihan. “Saat kecil saya tak pernah bisa fokus, tak bisa memperhatikan apa pun, dan terus-terusan berkhayal,” akunya. Tapi semuanya berubah ketika ia akhirnya bisa membaca. Ia bahkan bisa membaca tiga hingga empat buku dalam waktu bersamaan. “Dan itu yang bikin saya sadar kalau saya bisa sekolah dengan benar.”