Setiap mengawali perkuliahan baru, rektor selalu weling, mengingatkan untuk, “Not just another year,” hanya tahunnya yang berubah.
Sebuah pendidikan hanya akan memberi sumbangan yang baik bagi mahasiswa atau masyarakat jika hasil dari pendidikan itu membuat mereka yang belajar mampu menyelesaikan masalah kehidupan yang makin kompleks.
Oleh sebab itu para pendidik harus memiliki semangat “aggiornamento, not just another year, membaharui diri terus menerus, long life learner. Makin mencintai profesinya, makin peduli pada kebutuhan yang dilayani dan hidupnya makin menjadi cahaya bagi sesamanya.“
Demikian pula dengan hidup sebagai “Katolik”, terlebih yang dipercaya untuk melayani. Not just another periode and another people. Periodenya bisa berganti, pejabat boleh berganti, tapi ILIL alias Itu Lagi Itu Lagi.
Menjadi Katolik itu identik dengan Kasih, Peduli dan Bersaksi. Agar identitas ke-katolik-an kita memberi sumbangan lebih besar bagi sesama, maka harus ada “aggiornamento” yang sepengetahuan saya dijadikan tagline Ardas KAJ 2022 -2027: Makin Mengasihi, Makin Peduli, dan Makin Ber-Saksi.
“Aggiornamento” telah dicanangkan pada 1959, ketika Paus Yohanes XXIII mengundang Konsili Vatikan II. Pembaruan harus terjadi. Gereja harus menyesuaikan diri dalam zaman baru, agar dapat memberi sumbangan yang efektif bagi pemecahan masalah-masalah modern (Konstitusi Apostolik Humanae Salutis 1961).
Intinya: pembaharuan itu harus terjadi. Jika tidak, maka akan terjadi lagi hal-hal yang melelahkan tetapi tidak menambah apa-apa seperti: sama-sama berkalung salib, sama-sama memuji Tuhan, sama-sama melayani umat, hanya karena senggolan tak sengaja, ngamuk… (tahu sendiri kalau ngamuk… apa saja yang terucap). Jadinya susah untuk bersaksi.
Salam sehat dan walau terkendala tetap berbagi cahaya.
Penulis Jlitheng