Catatan Anita Martha Hutagalung
HARI KE-24.
Pagi-pagi semua kru TIM 11, seperti biasa, heboh menaikkan barang-barang ke mobil. Jangan sampai ada barang yang ketinggalan. Nyonya rumah pun heboh memasak di dapur. Awak sibuk mengumpulkan kain yang dicuci semalam.
Akhirnya semua kelar. Semua berkumpul di ruang tengah untuk makan pagi. Sarapan dengan ikan teri sambal dan daun ubi tumbuk, alamak. Yang memimpin doa sarapan pagi adalah tuan rumah, Ronald Pasaribu.
Sebelum kami memulai jalan kaki, kami mampir ke Apotik Maranatha. Lho…..kok namanya sama dengan yang di Hitam Ulu kemarin? Emang. Ronald Pasaribu ini abang kandungnya Pahala Junior Pasaribu. Sama-sama punya bisnis apotik dan swalayan. Sama-sama ramah, rendah hati, dan baik hati. Tapi Ronald Pasaribu ini selain pengusaha juga sintua dan anggota DPRD Kab. Sorolangun, dari Partai Demokrat.
Melihat rumahnya saja Oni sudah bisa tebak, orang ini partamue (orang yang kerap menerima tamu). Meski bangunan rumahnya besar dan mewah, dengan ornamen gorga Batak, kursi tamunya cuma sepasang dan sangat-sangat sederhana. Tapi ruang makannya luas. Lalu ruang keluarganya cukup luas, dan terbentang ambal. Disitulah para lelaki anggota TIM 11 bergelimpangan dengan nyaman. Segala gorengan, kopi, teh, buah-buahan sudah terhidang. Oni dan Agus tidur di kamar.
Saat kami meninggalkan rumah masih diberi uang saku buat menambah logistik. Juga membelikan Bumi mobil-mobilan. Sungguh keluarga yang ramah dan baik hati.
Langkah kaki kami mulai dari kota, dekat Jembatan Sarolangun. Udara mendung. “Oniii…. Oniii.. .!”. Eh, nggak Oni sangka ada yang nyari Oni di kota ini. Hanya sekedar foto, atau memberi bingkisan atau makanan.
Sepanjang jalan sebentar hujan sebentar reda. Jadi jas hujan pake dan buka bolak balik. Tapi nyaman karena udara terasa sejuk. Dan jalanan lurus dan tak pala ada tanjakan atau turunan yang ekstrim.
Entah di daerah mana namanya, ada perempuan muda menjumpai Oni, pengen foto. Dia pegang Oni sampai berlinang air mata dan akhirnya menangis. Aduh, sehari ini sudah entah berapa orang yang seperti itu. Semoga saja setelah jumpa Oni jadi tambah semangat, ya. Jangan mewek lagi, ya. Eh, boru Pakpahan yang tadi nangis datang lagi untuk kedua kali. Kali ini dia bawa seplastik besar buah-buahan.
Kaki terus melangkah, sampai ketemu Apotik Sinar Bukit Farma. Semalam sudah janjian dengan yang punya rumah Ramses Alfredo Haloho/Boru Simarmata. Beliau ini laenya Ronald Pasaribu.
Lagi-lagi kami dijamu makan siang yang enak kali. Lalu dibekali masker, hand sanitizer, juga galangan. Terus dihoras-horasi waktu kami meninggalkan rumah mereka. Sekeluarga anaknya inang boru Simarmata ini baik-baik semua.
Lanjut lagi perjalanan. Tapi berbeda dengan tadi pagi, siang ini matahari sangat menyengat panasnya. Meleleh lah pokoknya.
Sore hari, kami mampir ke penjual air tebu. Di dekatnya ada pepohonan. Sebagian anggota TIM 11 duduk di bawah pohon. Oni ngadem di mobil. Soalnya sudah mau terbakar kurasa kulitku. Tapi karena ada yang cari Oni, ya terpaksa keluar menemui mereka. Lagi-lagi fans Oni yang terharu bisa bertemu Oni. E, tahe.
Di bawah pohon itu juga datang bapak-bapak yang antusias ngobrol soal AJAK TUTUP TPL. “Saya selalu ikuti ceritanya dan live dari facebook.” katanya. Makanya beliau tahu kami mampir di situ. Beliau marga Pakpahan.
Karena didengarnya ito Togu sedang bertelepon tentang masalah penginapan. Tahu-tahu amang Pakpahan ini menawarkan rumahnya untuk tempat kami menginap. Bahasa ito Togu, Tuhan bercanda lagi. Mampir minum air tebu, diberikan tempat menginap.
Jadi, kami melanjutkan jalan kaki di jalan raya Singkut menuju rumah beliau. Di depan rumahnya ada ruko. Selama ini ruko itu jadi gudang tempat menyimpan barang-barang dagangan. Nah, ruko itu mau dipinjam kerabatnya untuk sebuah acara hajatan hari Sabtu nanti. Jadi, ruko itu dikosongkan dan dibersihkan. Eh, Tuhan tunjukkan untuk tempat kami menginap malam ini. Bahkan makan malam kami pun disediakan oleh inang Boru Lumbangaol.
Tiba-tiba Amang Pakpahan yang sedang ngomong di HP memberikan HP-nya padaku, “Boruku mau bicara,” katanya. Lalu kudengar suara. “Oniii…!” Ternyata anak perempuan Amang Pakpahan ngefans sama Oni juga. Makanya dia senang kali. “Aku yang pengen ketemu sama Oni, kok jadi bapak pulak yang duluan ketemu,” katanya. Haha.. manalah kutahu.
Sekali lagi terbukti, bahwa di dalam hidup tidak ada yang Ketepatan, melainkan sudah jadi Ketetapan Tuhan. Tapi, apapun ceritanya tetap TUTUP TPL. Oni emang kek gitu orangnya.