Foto : Thomas Walter/Pixabay
Cemburu tandanya cinta itu kuno. Cemburuan itu suloyo, karena tidak bersikap dewasa. Sesungguhnya, ketika cemburu berarti kita tidak percaya doi. Lho?!
Sekiranya tidak sependapat, silakan disanggah. Tidak perlu emosi atau sewot seperti itu.
Cemburu, kenapa harus cemburu? Karena kita kekanak-kanakan. Jika sungguh menyintai doi, seharusnya kita tidak cemburuan.
Sekali lagi, cemburu itu bukan bukti cinta, melainkan tanda, bahwa kita bersikap kenanak-kanakkan, picik, dan tidak percaya doi.
Coba untuk dimengerti dan pahami.
Tidak seharusnya curigaan, emosi, dan lalu marah pada doi, ketika doi bersikap ramah atau akrab dengan seseorang.
Alangkah baik, jika kita bersikap tenang dan tidak asal menuduh doi.
Sekali dua doi bersama atau jalan berdua dengan orang yang sama itu tidak identik pdkt atau pacaran.
Bisa jadi, ketika doi minta tolong untuk ditemani, kita sedang sibuk atau ada urusan lain.
Bisa jadi pula, orang itu teman kuliah, kerja, atau relasi bisnisnya.
Lalu, apakah doi biasa cerita, jika pergi dengan seseorang? Amati gestur tubuhnya, sorot matanya, … Apakah doi jujur, menutup-nutupi, atau ada cinta di antara mereka?
Selidiki, dan cari informasi lebih jelas agar kita tidak asal cemburu, apalagi menfitnah doi tercinta.
Cemburu itu membakar, bahkan mampu memporakporandakan hubungan indah itu ke dalam benci, dendam, bahkan bisa jadi bermusuhan.
Bersikap jujur dan terus terang itu lebih baik, ketimbang hati ini sakit dan tersiksa dalam ketidakpastian.
Silakan bertanya dengan elegan, jika data yang kita kumpulkan itu akurat. Tanpa emosi, apalagi untuk saling menyakiti.
Sesungguhnya, menjalin asmara itu berarti membangun kepercayaan untuk saling mengenal dan saling memahami agar hubungan itu kian erat dan mengakar kuat. Sekaligus mengajar kita agar jadi pribadi yang dewasa dan bertanggung jawab.
Cemburu itu bukan tanda cinta, melainkan karena kita kurang percaya.
Selamat saling mencintai dan menyayangi doi dengan sepenuh hati menuju mahligai bahagia.