Seide.id – Anak tidak cerdas? Tidak perlu marah-marah apalagi memaksa anak daripada berakibat buruk nantinya, karena kecerdasan dipengaruhi beberapa faktor
Selain genetik, yang paling utama dari pembentukan kecerdasan otak seorang anak adalah saat bayi dalam kandungan hingga ia berusia lima tahun. Setelah itu makanan sehat seperti ikan segar dan sayur-sayuran penting.
Jika semua itu tidak terpenuhi, maka si anak bila diharuskan sekolah mulai pukul lima pagi pun, semua akan sia-sia. Karena masih mengantuk, oksigen di otak lemot, mau dipaksa sekuat apapun yang ada malah tertidur di kelas, pembelajaran seperti matematika, fisika, kimia, dan logika serta pemahaman di dalam mencerna kalimat demi kalimat pada pelajaran Bahasa Indonesia dan ilmu sosial lainnya yang butuh kekuatan IQ dari otak kiri maupun otak kanan, lumpuh karena tak ada energi dan gizi.
New Zealand, Jepang dan negara-negara maju lainnya sudah memikirkan dan menjalankan metode pembelajaran yang berkulitas untuk generasi muda mereka, sebab anak-anak adalah penerus bangsa. Karakter mereka sebagian dibentuk dari pembelanjaran di sekolah. Dua atau tiga puluh tahun ke depan, keberadaan negeri ini ada di tangan mereka.
Jika luka demi luka dan rasa kesal dengan keputusan-keputusan ambigu yang tidak berkonsultasi dan bekerjasama dengan para ahli kejiwaan anak, pakar pendidikan dan para psikolog serta ilmuwan yang paham dengan dunia pendidikan, jangan harap akan menghasilkan manusia berkualitas dengan ahklak yang juga kepribadian baik di masa depan. Kecuali kebaikan dan kesehatan jiwa itu memang sudah bawaan sejak lahir, kanak-kanak dan dewasa.
Sebab kesehatan jiwa yang terlepas dari beragam tekanan kehidupan, akan menggiring seseorang ke kehidupan yang penuh rasa percaya diri, bukan sosok dari sebuah wujud ‘pribadi pecah’ dengan ragam perilaku skizofrenik yang membahayakan orang lain, diri sendiri dan keluarga.
(Fanny Jonathan Poyk)