Oleh Pandupaksi
Dalam Baratayudha, peran Prabu Matswapati sangatlah berarti. Prabu Matswapati-lah yang menampung Pandawa ketika anak-anak Prabu Pandu Dewanata ini kehilangan Kerajaan Indraprasta karena kalah taruhan di meja judi melawan Prabu Duryudana. Prabu Matswapati pula yang mendorong Pandawa untuk merebut Kerajaan Hastinapura dari Prabu Duryudana lewat Baratayudha. Bukan saja Prabu Matswapati banyak berkorban materiil, melainkan juga harus kehilangan ketiga Putra Mahkota Kerajaan Wiratha: Seta, Utara, dan Wrahatsangka, yang gugur dalam pembukaan Baratayudha, oleh Maharsi Bisma. Prabu Matswapati sendiri terluka dalam cukup parah sewaktu perang tanding melawan Resi Dorna. Harapan Prabu Matswapati tinggal satu: Semoga Dewi Utari menjadi Ibu Suri dari raja yang akan menurunkan raja-raja di Pulau Jawa, seperti yang disabdakan Sang Hyang Narada.
Sewaktu muda-teruna, Prabu Matswapati dikenal sebagai Arya Durgandana. Ia lahir sebagai anak kembar-dampit dengan Dewi Durgandini. Ibu mereka seorang bidadari yang pernah dikutuk oleh Sang Hyang Jagad Giripati menjadi seekor ikan. Tak mengherankan bila Arya Durgandana dan Dewi Durgandini berbau amis begitu lahir. Beruntung ada seorang resi dari Kerajaan Hastinapura berhasil menolong, menghalau bau amis di tubuh Arya Durgandana, tetapi tidak kepada Dewi Durgandini.
“Akan ada orang sakti yang bisa menyembuhkan Sekaring Kedhaton Dewi Durgandini, seorang pertapa muda dari Pertapaan Wukiratawu.”
“Siapa dia?” desak Prabu Basukethi.
“Resi Palasara, anak Resi Sakri, cucu Resi Sekutrem, cicit Resi Manumayasa.”
Dan, sewaktu sedang bersamadi pada suatu malam, datang Sang Hyang Narada dan berkata, “Jangan sedih, Basukethi. Anakmu sedang diuji. Sebab, anakmu akan jadi wanita yang mulia dan sangat dihormati.”
Terpaksa Dewi Durgandini, untuk sementara belum sembuh, diasingkan di kampung nelayan dan berganti nama Dewi Rara Amis. Kenapa harus di kampung nelayan, tujuannya agar bau amis yang menguar dari tubuhnya rancu dengan bau ikan hasil tangkapan para nelayan. Di kampung nelayan inilah Dewi Durgandini alias Dewi Rara Amis bertemu dengan Resi Palasara. Setelah berhasil disembuhkan oleh Resi Palasara, Dewi Durgandini kawin dengan Resi Palasara. Mereka dikaruniai anak yang dinamai: Abiyasa. Tak lama setelah Abiyasa lahir, datang Arya Durgandana menjemput Dewi Durgandini.
“Banyak raja muda dan putra mahkota yang antri ingin menjadikanmu permaisuri, Durgandini.”
Dewi Durgandini kebingungan. Ayahnya tidak tahu bahwa ada Resi Palasara sebagai suaminya. Bahkan sudah lahir dari rahimnya Abiyasa.
“Aturlah bagaimana caranya agar Resi Palasara yang nantinya kamu terima sebagai suami,” usulan Arya Durgandana.
“Pulanglah ke Wiratha, Durgandini. Aku akan datang di hari Sayembara Pilih nanti,” kata Resi Palasara.
“Bagaimana dengan anak kita Abiyasa?”
“Abiyasa bersamaku.”
“Jangan sampai engkau tidak datang, Kakang Resi.” Dewi Durgandini memohon dengan sangat.
Sayangnya, Resi Palasara tidak pernah muncul di Wiratha. Sampailah detik-detik yang memaksa Dewi Durgandini harus memilih calon suami.
Prabu Sentanumurti, Raja Hastinapura, muncul sambil menggendong Bayi Dewabrata. Anehnya, dalam dekapan Dewi Durgandini, Dewabrata baru mau menghentikan tangisnya.
“Padahal, sudah berbulan-bulan dia menangis dan menangis,” kata Prabu Sentanu heran.
Setelah Dewi Durgandini menemukan jodohnya, Prabu Basukethi rereh keprabon.
Arya Durgandana mewarisi tahta Kerajaan Wiratha dari ayahnya, Prabu Basukethi. Setelah menjadi raja ia dikenal sebagai Prabu Matswapati alias Prabu Mangsahpati. Bertahun-tahun menjadi raja tanpa permaisuri. Hingga pada akhirnya menikahi Dewi Rekatawati dan lahirlah Seta, Utara, Wrahatsangka, dan Si Bungsu Dewi Utari.
Yang aneh dan lucu, setelah dewasa, Dewi Utari menjadi istri Abimanyu. Betapa tidak aneh! Arya Durgandana seumuran dengan Resi Palasara. Resi Palasara dengan Dewi Durgandini mempunyai anak Abiyasa. Abiyasa menikah dengan Dewi Ambalika dan lahirlah Pandu Dewanata. Arjuna, anak Pandu Dewanata, menikah dengan Wara Sembadra, lahirlah Abimanyu. Lucu jika Abimanyu harus memanggil istrinya: Eyang Utari.
Jawabannya, ternyata Arya Durgandana dianugerahi usia yang sangat panjang. Boleh jadi, ia memang terlambat menikah. Sangat terlambat. Tentu demikian juga istrinya. Mereka pun masih juga terlambat dianugerahi anak. Mungkin juga, tidak setiap tahun Dewi Rekatawati melahirkan anak. Demikian.
Prabu Matswapati hidup dari zaman Resi Palasara sampai dengan zaman Prabu Parikesit, pada Zaman Kalimataya. Bukan main! *