CERITA WAYANG Tumbal Pageblug

wayang 1

Oleh PANDUPAKSI

Sering diceritakan dalam dunia pewayangan perihal pageblug alias pandemi sebagai alasan untuk pembeberan sebuah lakon. Meski cerita ini bukan pakem. Hanya lakon carangan  Ki Dalang. Esuk lara sore mati, sore lara esuk mati. Dan, dalam cerita pewayangan pula, untuk mengatasi pageblug ini biasanya diperlukan tumbal. Karenanya cerita menjadi seru.

Tumbal yang dimaksud  tentu bukan sembarang manusia seperti tumbal dalam pesugihan. Tokoh-tokoh protagonis macam Semar, Bathara Kresna,  atau para personil Pandawa, misalnya, sering menjadi DPO untuk dijadikan tumbal. Wajib ditangkap untuk dibekakak di alun-alun. Dan, jika Semar atau Bathara Kresna yang dibidik sebagai tumbal, bisa dipastikan keterlibatan Bathari Durga, malahan mungkin Bathara Guru. Bersyukur ada Bambang Wisanggeni maupun Sadewa yang siap membongkar penyamaran Bathari Durga ataupun Bathara Guru.

Adakalanya tumbal yang dimaksud bukan nyawa manusia, melainkan pusaka ampuh seseorang atau pusaka kerajaan. Pusaka Kerajaan Inderaprasta: Jimat Jamus Kalimasada, Tombak Karawelang, Songsong Payung Tunggulnaga, sering diincar  para Pencari Tumbal. Cakrabaskara dan Kembang Wijaya Kusuma milik Bathara Kresna, tak luput dalam target. Tergantung mimpi Si Pencari Tumbal, konon. Dari itu maka terjadilah perang tanding antara Calon Tumbal, atau pemilik Pusaka Calon Tumbal, melawan Si Pencari Tumbal.

Anehnya, jika pageblug tadi melanda wilayah kerajaan tokoh-tokoh protagonis, tidak diperlukan tumbal babar blas. Mereka, para penguasa, cenderung mawas diri dan berusaha mencari sebab-musabab terjadinya pageblug. Mereka akan bersamadi, mencari jawaban dari Sang Hyang Wenang. Kalau perlu, mereka menempuh jalan pintas naik ke Kahyangan Jung Giri Kaelasa, bertanya kepada Sang Hyang Jagad Giripati.

Pendek kata, logika mereka tetap lempeng. Membunuh untuk mengatasi kematian banyak orang karena pageblug? Logika pekok!

Bathari Durga

Lalu, kenapa tumbal hanya diperlukan oleh penguasa dari golongan orang-orang jahat dalam rangka melawan pageblug? Usut punya usut, kasus tumbal  itu semata hanya rekayasa para pendengki, pendendam, dan barisan sakit hati untuk memfitnah lawan politik mereka. Tak jarang mereka harus melibatkan  Bathari Durga dan anak buahnya dari Pasetran Gandamayit. Sebab, mereka sadar akan berhadapan dengan orang-orang sakti mandraguna. Bathari Durga, yang notabene membawahi golongan drupiksa, jin, setan, juga dhemit akan dengan mudah memperhoror pageblug.

Tersebutlah Duryudana, Dorna, dan Sengkuni yang selalu siap menjadi provokator. Mereka selalu sigap memancing di air keruh. Berharap, barangkali Semar atau Bathara Kresna terbunuh, Baratayudha kelak kemudian hari bisa dipastikan akan dimenangkan Korawa. Paling tidak, jika  pusaka-pusaka ampuh yang disyaratkan sebagai penolak pageblug bisa mereka kuasai,   Pandawa akan tidak  berdaya dalam Baratayudha. Atau, jika harus secara langsung membidik Pandawa sebagai tumbal, dan berhasil, Baratayudha tak akan ada.

Halnya yang terjadi  di  dunia nyata, pageblug alias pandemi pun dijadikan alat untuk memfitnah. Duryudana, Dorna, dan Sengkuni rupanya menjelma menjadi sosok tertentu atau politikus tertentu,  dan sigap menebar fitnah serta membikin kisruh. Ajian ngeyel dan ndableg dibekalkan kepada rakyat kecil untuk melawan kebijakan pemerintah dalam menghadapi pandemi. Mumpung air lagi keruh.  Tokoh-tokoh yang berperan dan gigih dalam mengatasi pandemi difitnah. Duryudana, Dorna, dan Sengkuni sudah kebelet menang dalam Baratayudha mendatang.*

Avatar photo

About Pandupaksi

Jurnalis dan Penulis Cerita Wayang