Oleh EFFI S HIDAYAT
Tidak tahu siapa. Dan, entah bagaimana. Di suatu pesta. Engkau dan aku bertemu. Menyapa dan mengobrol ringan. Hingga di suatu jeda, di antara denting sendok yang samar terdengar di piring, engkau bilang tiba-tiba… “Matamu bagusss. Sipit tidak ada lipatan, tetapi bundar bersinar…. “
Sampai sekarang. Aku tidak pernah tahu engkau siapa. Namamu pun tidak kuingat, tetapi aku tidak pernah lupa bahwa mataku bagusss. Lebih bagusss dari hidungku, bibirku, anggota tubuhku yang lain.
Aku tersenyum dan merasa berterima kasih, setiapkali menatap cermin yang tidak pernah kutahu pasti apa dan bagaimana rupaku di sana.
Hai, lelaki tidak bernama, tahukah engkau sebelumnya, aku begitu merana dan yang paling kuratapi adalah mataku?
Ya, mata yang kau bilang bagusss, bundar dan bersinar itu, sama sekali tidak bisa melihat seberkas setitik kecil cahaya pun….