EFFI S HIDAYAT
Niesa terbangun dengan peluh bercucuran. Mimpi aneh itu datang lagi! Bukan cuma dua, sepuluh, seratus…, bahkan mungkin ribuan kupu-kupu di sebuah padang rumput berbukit cemara , di atas langit biru yang ia saksikan di depan mata kepalanya sendiri.
Ia mengerjapkan mata berulang-kali, seolah ingin melenyapkan bayangan kupu-kupu kuning bertotol hitam yang begitu banyaaaknya itu dari brankas di benaknya. Tetapi, tidak bisa! Seribu kupu-kupu itu seolah mengikuti.
Niesa teringat Mas Tok pernah berkata, “Kupu-kupu adalah jelmaan jiwa. Soul ! Orang bilang jika ada kupu-kupu di rumahmu, akan ada tamu yang datang. Dan, jika ada kupu yang hinggap … ada jiwa yang ingin berkomunikasi denganmu.”
Ah, Niesa hampir melupakan cerita itu. Jika saja dua hari berturut-turut kemarin, ia tidak dihinggapi kupu-kupu kuning bercorak totol hitam. Sekali di atas kepalanya, dan sehari berikutnya di …perutnya, lamaaa….
Niesa mendadak tersentak ketika didengarnya suara dokter spesialis kandungan di depannya, tersenyum kepadanya. “Selamat ya, Bu…kehamilannya sudah berusia dua minggu dan sehat….”
Setetes air bening jatuh di pipinya. Bayi yang sudah lama dirindukannya akan datang. Sayang sekali, Mas Tok tak akan bisa ikut menyaksikan kehadiran si kecil kelak. Ia sudah pergi ke surga sana … sebuah kecelakaan telah merenggutnya 40 hari lalu!
Seribu kupu-kupu di alam mimpinya, apakah menyiratkan tanda pembawa berita jiwa dari Mas Tok tercinta? Niesa tersedu lagi. Seribu kupu-kupu terasa menari di dadanya, di… perutnya….
Teringat olehnya sebuah puisi yang pernah ditulis Mas Tok untuknya saat mereka memadu kasih :
‘Seribu kupu-kupu di dadaku
Hanya untuk kamu….’
CERPEN LAINNYA: