Salam Sehat dari Paris
Oleh LCM (Sébastien S. Adiguna)*
Rusia mengenal champagne sejak akhir abad ke-19. Sparkling wine, anggur bersoda ini, menjadi minuman prestisius para aristokrat Rusia di zaman Tsar Paul 1. Adalah Joseph Staline yang kemudian memproduksi champagne (champanskoïe, bahasa Rusiannya) secara massal agar menjadi minuman rakyat jelata.
Prancis sendiri sudah mempatenkan champagne sebagai minuman Appellation d’Origine Contrôlée (AOC), sejak 29 juni 1936. Artinya, hanya Prancis yang boleh menggunakan nama champagne.
Atas tuntutan CIVC (Comité Interprofessionnel des Vins de Champagne), Champagne, sebuah dusun di Vaud, Swiss, dilarang oleh pengadilan Swiss menggunakan nama Champagne untuk produk anggurnya. Bahkan, segala macam produk, yang tidak ada kaitannya dengan minuman alkohol bersoda (sparkling wine) ini, dilarang menggunakan nama Champagne.
Atas tuntutan CIVC pada 1993, label Yves Saint Laurent terpaksa menarik dari peredaran semua parfumnya yang diberi nama Champagne.
Tapi dalam menghadapi Rusia, agaknya, untuk sementara CIVC tidak berkutik.
Sejak awal Juli 2021, Presiden Vladimir Poutine menjungkirbalikkan aturan main Champagne sebagai AOC Prancis. Melalui amandemen yang ditandatangani Poutine, Rusia secara tegas menyatakan “hanya Rusia” yang boleh menggunakan nama Champagne sebagai minuman anggur bersoda alias sparkling wine.
Untuk melindungi para petani produsen champagne, Rusia memutuskan: nama segala macam produk anggur bersoda yang diimpor ke Rusia harus diganti menjadi sparkling wine. Tidak boleh ada embel-embel champagne! Rusia bahkan menantang tidak mengakui champagne sebagai AOC Prancis.
Undang-undang baru Rusia ini tentu saja membuat produsen champagne Prancis kalang kabut.
Bernard Arnault, bos LVMH, orang terkaya di Prancis, menyatakan boikot: tidak mau lagi mengekspor champagne-nya ke Rusia. Namun, tidak sampai 48 jam, produsen Champagne Veuve Clicquot, Moët & Chandon, dan Dom Pérignon ini terpaksa bertekuk lutut.
Grup LVMH akhirnya menyatakan bersedia tunduk mengikuti aturan baru Rusia: dengan menempelkan etiketIgristoïé alias anggur bersoda, sparling wine, untuk champagne yang diekspornya ke Rusia. Kendati ekspor champagne grup LVMH ke Rusia cuma 2%, ada satu juta elit Rusia penggemar berat champagne.
Di pihak pemerintah, Prancis sendiri mengancam akan menuntut Rusia ke WTO. Keputusan Poutine atas champagne ini sebenarnya tidak bisa lepas dari akibat berkepanjangan embargo ekonomi Amerika-UE terhadap Rusia.
Sejak Krisis Ukraina, 2014, Prancis latah, ikut-ikutan melarang ekspor produk pertaniannya ke Rusia. Itu suatu keputusan yang banyak dikecam di dalam negeri dan sangat merugikan para petani Prancis yang sudah tertimpa berbagai krisis pertanian.
Karena para elitnya tidak bisa lagi menikmati makanan enak dari Prancis (buah-buahan apel, keju, jambon alias babi ham), Rusia berpaling ke negara-negara Eropa Timur, contohnya Polandia, atau swasembada.
Bahkan petani Rusia tidak segan-segan datang ke Prancis untuk belajar, dan kemudian memproduksi sendiri keju di Rusia! ***
*Penulis jurnalis senior, kontributor seide.id di Paris, Prancis.