Foto : Andreas Wohlfahrt/Pixabay
Dunia mengenal beberapa “prinsip hidup” yang bersifat alamiah.
Hukum sebab-akibat, aksi-reaksi, atau bahkan orang Latin mengenal adagium, “amor gignit amorem,” cinta akan melahirkan cinta.”
Tuhan memberikan cinta dan kebahagiaan kepada sang manusia. Sang manusia pun bebas menentukan pilihannya.
Saya, jadi teringat akan kisah pahit pedih di taman impian, Eden. Kisah sang ciptaan teragung yang justru mudah diruntuhkan oleh keangkuhan serta besar kepala. Kisah terbujuk rayu, kisah sang rasional, mahkota segala ciptaan yang justru ditelantarkan oleh sang iblis laknat.
Apa lacur. Pembangkangan yang mengenaskan itu justru melahirkan kesengsaraan abadi lewat, “sumpah serapah” dari sang Tuhan.
Dan kepada sang wanita, terucap, “Engkau akan mengandung dan dengan susah paya melahirkan anakmu ke dunia.”
Dan kepada sang pria, “Engkau akan bersusah paya bekerja mencari nafkah di dunia.”
Dan kepada si penggoda, “Engkau akan merana dan berjalan dengan perutmu di bumi.”
Amor gignit amorem = cinta akan melahirkan cinta.
Cinta serta kebaikan memang akan beranak pinang di bumi ini.
Jika Anda bersikap baik, maka sesamamu pun akan juga bertindak baik kepadamu.
Saudara, putra-putrimu yang dididik lewat pinta belas kasih akan pula menjadi pribadi-pribadi yang penuh belas kasih.
Mengapa demikian? Karena putra-putrimu telah dibentuk, diasah, dan dididik dengan kasih, maka dia pun akan memiliki kasih itu. Dan kasih yang dimilikinya itu pun akan dilimpahkannya kepada sesamanya.
Bagaimana mungkin, seseorang yang tidak pernah dikasihi akan memiliki sifat kasih, itu suatu yang mustahil, bukan?
Kasih hanya diberikan oleh orang-orang yang memiliki kasih.
Maka, hendaklah kamu, saling kasih-mengasihi, karena kasih itu berasal dari Tuhan.
Amor gignit amorem!
Malang, 24 Oktober 2022