Cinta Adalah Daya

Seide.id – “Kuliah itu seneng ya ma…”

Aku tersenyum, “Iya… Itulah makanya mama mendukungmu untuk memilih jurusan dan kampus yang kamu sukai dan minati… Mama sampai bela-belain* ngajak kamu ke Jepang, khusus untuk melihat dan mengalami sendiri suasana di semua kampus terbaik yang ada…. Supaya kamu bisa dapat vibe-nya. Kan?”

Catatan : kusebut ‘kubela-belain’ karena kami bukan datang dari keluarga makmur. Ngumpulin duit dan nabungnya pake ngos-ngosan itu…

“Iya… Aku langsung suka Waseda sejak awal dateng ke sini.”

Aku ingat peristiwa itu. Persiapan kuliah dan cari beasiswa sudah dimulainya sejak dia masih SMP. Kukumpulkan duit, supaya bisa pergi ke Jepang selama 4-5 hari… khusus untuk berburu ‘suasana kampus’, supaya dia tidak membeli kucing dalam karung (di tahun-tahun yang lain, kami juga sudah terbang ke Canada, dan ‘memeriksa’ 2 kampus di sana)

Aku ingin anakku merasakan suasananya dulu, supaya yakin kampus mana yang akan membuatnya betah dan suka belajar.

Dari 5 universitas di 2 kota berbeda di Jepang, hatinya langsung tertambat pada Waseda! Dan itulah yang kuinginkan : dia ada di lingkungan yang dicintainya! Karena cinta, selalu memberikan energi besar pada siapa saja untuk melakukan hal-hal besar, untuk kuat menghadapi tantangan.

Sekarang, hari-hariku dipenuhi kisah anak gadis yang rajin melaporkan dengan nada antusias, bahwa dia barusan tergabung dalam kelompok pembuat pesawat terbang…

Kali berikutnya, cerita, masih dengan nada gembira, telah menemukan partner belajar bahasa Jepang, dan diapun akan mengajari partnernya berbahasa Inggris. Semuanya gratis…

Kesempatan berikutnya, dia memamerkan kegiatannya di laboratorium, bersama kawan dari Filipina dan Jepang…

Hari lainnya dia berbagi foto, menemukan rumah makan Bali di dekat kampus…

Lalu dia mengatakan, barusan bicara dengan seorang profesor yang memiliki banyak network ke kampus lain dan menawarkannya untuk berkegiatan dengan kampus-kampus tersebut….

“Aku senenggg buanget Ma…! Aku seneeeeng banget di sini!!!”

Aku pun bahagia, melihat anakku bahagia.
Dia tidak perlu disemangati untuk rajin belajar. Apalagi diancam untuk menciptakan prestasi.


Ternyata gampang, mendidik anak itu ya….

Aku cuma membantunya mengenali dirinya, minatnya, dan bakatnya.

Caranya :

~ mendampinginya mengeksplorasi dirinya sendiri, mengevaluasi dirinya sendiri, dan memilah-milah diantara banyak bakat dan kemampuan yang dimilikinya, untuk dikembangkan lebih lanjut…
~ Lantas memerdekakannya memilih sesuai panggilan hatinya…

Ternyata memang benar, perumpamaan orangtua yang baik itu, adalah yang seperti tukang kebun yang mengenali kebutuhan setiap bibit untuk tumbuh optimal sesuai fitrahnya. Bibit mangga ya harus didukung dan dikawal agar menjadi pohon mangga, bukan dituntut menjadi pohon duren…

Setiap anak, cuma perlu dibiarkan menjadi dirinya, dan tumbuh optimal sesuai jati dirinya.

Dan untuk itu, pengorbanan orangtua cuma satu : membungkam ego masing-masing.
Untungnya, cintaku bagi anakku lebih besar daripada cintaku untuk diriku sendiri.

Cinta, membuatku mampu mempraktekkan sepenggal puisi ‘Anakmu Bukanlah Milikmu’ karya Khalil Gibran :

Kau boleh memberikan anakmu cintamu, tapi bukan pikiranmu. Sebab mereka memiliki pikiran sendiri.

Kau bisa memberikan rumah bagi raganya, tapi bukan jiwanya. Sebab jiwa mereka tinggal di rumah masa depan, yang takkan bisa kau datangi… bahkan dalam mimpimu.

Ya… Cinta memang memberdayakan dan memerdekakan. Bukan memperdayakan dan mengikat, apalagi menindas

Nana Padmosaputro

Ikuti tulisan menarik : Tidak Akan Mengikat Dia di Peti Matiku

Avatar photo

About Nana Padmosaputro

Penulis, Professional Life Coach, Konsultan Tarot, Co.Founder L.I.K.E Indonesia, Penyiar Radio RPK, 96,3 FM.