Pernah dong dengar ungkapan ini, “kalau mau tahu watak seseorang, ajaklah dia jalan-jalan mendaki gunung.”
Itu bukan ungkapan omong kosong. Gue sudah lama membuktikan dan melihat sendiri ketika bepergian ke gunung bersama teman-teman.
Mau tahu lebih jelas dan contoh konkret watak asli pecinta alam? Perhatikan aja Jokowi yang sebelum jadi presiden adalah seorang pecinta alam.
Pecinta alam sejati itu biasanya.
- Loyal dan peduli kepada sesama. Mereka harus bergantung satu sama lain. Gak ada lawan yang ada hanya kawan, sekalipun gak saling kenal sebelumnya. Berbagi bekal makanan saat pendakian adalah hal yang lumrah.
- Woles dan gak gegabah dalam mengambil keputusan. Gegabah naik gunung, taruhannya gak main-main yaitu nyawa. Maka gak heran kalau Jokowi pinter mengendalikan emosi dan bijak dalam menentukan keputusan.
- Keseharian pecinta alam gak ribet dan penuh drama. Kebanyakan mereka justru lebih suka tampil sederhana, apa adanya, natural, gak ragu buat jadi dirinya sendiri, peka dan cepat tanggap dengan masalah sekitar
Kalau kemarin Jokowi melakukan ritual Kendi Nusantara – menyatukan air dan tanah dari 34 provinsi Indonesia – di titik nol Ibu Kota Nusantara, buat gue pecinta alam itu bukan klenik. Bukan sirik.
Itu memang cara seorang pecinta alam menghargai alam ciptaan Tuhan. Semacam mohon ijin. Kulonuwun. Numpang-numpang. Gak mau semena-mena memperlakukan alam yang tadi berupa hutan tenang diubah begitu saja menjadi kota yang hiruk pikuk seenaknya.
Bahkan setelah acara selesai, Jokowi masih mengajak lima gubernur se-Kalimantan untuk berkemah. Yang lain boleh pulang. Tapi ada yang nyinyir bilang Jokowi ditinggalin gubernurnya. Cuma lima orang yang mau. Gue bacanya ketawa aja.
Kenapa Jokowi gak langsung pulang? Malah nginep dulu semalam. Sebagai pecinta alam, gue yakin Jokowi ingin berkomunikasi dengan alam sekitar, ingin merasakan sendiri bagaimana reaksi dan denyut lingkungan baru itu. Yang peka dan terasah jiwanya, akan merasakan pertanda.
Jangan dikira alam gak paham bahasa manusia. Alam juga bisa ngambek. Pohon-pohon juga bisa marah.
Pohon-pohon di rumah kebun gue aja sering gue ajak ngomong, “Hei duren, nangka, rambutan, manggis, mangga, tahun ini berbuah ya.” Sambil gue elus-elus pohonnya.
Apa itu sirik? Klenik? Terserah yang lihat.
Kalau ada gubernur anti klenik dan sirik ketika diminta bawa tanah dan air lalu dia malah bawa tanah bekas gusuran. Bukan tanah yang baik. Ya gak apa-apa. Biar aja alam yang membalasnya.
(Ramadhan Syukur)
Gue naksir tendanya.