Foto : Steve Watts/Pixabay
Lho, kok begitu?! Tidak seharusnya, gara-gara cinta ditolak langsung lari ke dukun. Main jopa-japu, umik-umik, mantra, atau aji pengasihan agar Doi klepek-klepek dan bertekuk lutut.
Apakah kau yakin seyakinnya, Doi menolak cintamu? Bisa jadi Doi tengah menguji keseriusan dan kesungguhan cintamu.
Jadi, tidak seharusnya kau main dukun. Coba cari kebenarannya lebih dulu. Tidak harus grusa-grusu dan emosi seperti itu. Karena hal itu menunjukkan pribadimu yang lemah dan tidak percaya diri.
Sekiranya percaya diri dan serius, kau tidak mungkin menyerah dalam menghadapi penolakan itu. Kau bakal ngotot untuk terus berjuang. Bagaimana kau mau jadi panutan keluarga, kalau pribadimu lemah? Apa yang dapat diharapkan darimu yang loyo dan mudah menyerah dalam menghadapi tantangan?
Selain itu, main dukun adalah tindakan yang tidak terpuji, bodoh, dan tidak bertanggung jawab.
Dikatakan bodoh, karena kau lemah iman dan egoistis. Kau minta tolong dukun untuk mempengaruhi pikiran Doi. Apakah kau tidak malu hati, jika suatu saat Doi mengetahui, lalu berubah sikap dan menjauhimu.
Sekiranya kau sungguh mencintai Doi, izinkan Doi untuk memutuskan calon pilihannya dan hidup bahagia. Cinta itu tidak harus memiliki, tapi saling membahagiakan.
Jika gara-gara cinta ditolak, kau mendendam dan berharap Doi celaka, maka betapa jahat, picik, dan sempit pikiranmu itu.
Ingat dan hendaknya kau pahami, dunia itu tidak sebesar daun kelor.
Putus cinta itu hal biasa, tapi mempermainkan dan menyakiti hati orang lain hingga menderita, itu pribadi petualang dan tidak bertanggung jawab.
Untuk direnungkan pula, ketika putus dengan Doi secara baik-baik, berarti kita bakal memperoleh pengganti yang terbaik pula.
Tidak ada guna, putus cinta itu identik putus pertemanan, dan saling menjauhi.
Alangkah bijak, jika kita tetap menjaga hubungan persahabatan itu dengan baik.
Setuju?!