Foto : Freepik
Penulis: Jlitheng
Kisah seorang Samaria itu memang sebuah pasemon. Kiasan yang dipakai Sang Guru untuk membantu ahli Taurat tidak terpeleset lagi pada berwacana atau sharing, atau webinar, ziarah saja. “Semuanya itu penting, tetapi tidak cukup sebagai syarat untuk masuk hidup yang kekal.”⁴
Lantas apa yang harus kita lakukan? Jangan NATO, No Action Talk Only. Sekecil apa pun, sesederhana apa pun, melakukan hal yang baik untuk orang lain. “Total tetapi tidak kemaruk”.
Artinya, jangan sampai memulai banyak hal namun yang kita mulai tidak kemput dan komplit, justru menyusahkan banyak orang. Menebar getah kiri kanan, dan membuat hidup bersama jadi pliket, lengket dengan keluh kesah yang membuntu lahirnya damai.
Mari kita belajar totalitas ala orang Samaria itu.
Datanglah seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika melihat orang itu, tergerak hatinya oleh belas kasihan… (dan dengan total ia melakukan hal-hal berikut ini) :
# ia pergi kepadanya
# membalut luka-lukanya,
# menyiraminya dengan minyak
dan anggur.
Kemudian ia
# menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu
# membawa ke penginapan
# merawatnya.
Keesokan harinya
# menyerahkan dua dinar ke
pada pemilik penginapan, katanya:
# Rawatlah dia dan jika kau belanjakan lebih dari ini,
# aku akan menggantinya, waktu aku kembali.
Dengan total orang Samaria itu menerapkan prinsip KKMM, Kemput Komplit Mumpuni dan Mrantasi. Bila totalitas karya itu terjadi, maka kebaikan bukan sekadar wacana.
Jo podo nelongso. Urip pancen angel. Jo wedi kangelan lan ora gampang nggresulo.
Salam sehat dan kalaupun tak mudah tetaplah berbagi cahaya.