Seide. Id – “Gue pengen kayak elo, bisa ke belahan bumi utara, ngelihat Aurora Borealis.” ujar seorang pemuda padaku
Aku tersenyum. Aku selalu bahagia kalau ketemu anak muda yang tahu apa yang dimauinya. Yang penting, ini dulu. Tahu apa yang dimaui.
Abis itu, tinggal melakukan 3 langkah ini :
- Mencari data.
- Lantas, bikin planning dan strategi untuk mencapainya.
- Lalu planning itu dijalankan.
Kuberi data : biayanya 70 juta seorang untuk semuanya, plus akomodasi 12 hari.
Lalu dia bikin planning : Rp 70.000.000 kalau dicari dalam 4 tahun, maka dia perlu menabung Rp 17.500.000 setahun. Itu artinya dia perlu menabung Rp 1.458.000 sebulan.
Uang jumlah segitu, besar baginya. Dia bersiul. Aku ketawa.
“Rokok loe sebulan abis berapa?”
Dia ikutan ketawa.
“Oke gue give up rokok. 600.000 sebulan bisa gue tabung. Jadi gue tinggal cari 858.000 rupiah lagi sebulan. Gue sudah terpikir kerja ekstra apa yang bisa gue lakukan.”
Lalu, sempat kupantau, dia berhenti merokok dan melakukan kerja extra itu.
Sekarang..? Hahahahaa…
Kulihat di wallnya, dia sudah kembali merokok.
Ketika kutanya, “Apa kabar cita-cita loe? Sudah turun derajat jadi khayalan?”
Dia menjawab, “Well, setidaknya gue masih memelihara impian itu…”
Baik. Memelihara impian. Setiap saat impian itu bisa dipungut untuk leverage ke level cita-cita…. Ndak papa… Asal jangan dilupakan saja hehehehe
Nah, itulah ilustrasi yang menjelaskan bedanya #ngayal ngeliat Aurora Borealis dengan #bercita_cita ngeliat Aurora Borealis.
Cita-cita adalah khayalan yang dibuatkan planning dan target pencapaian.
Rumus 1-2-3 ini berlaku untuk semua hal :
Mempersiapkan diri untuk menikah.
Membangun diri untuk sebuah jabatan.
Sampai, menurutku, pun bisa dipakai untuk memantaskan diri masuk surga…
Nana Padmosaputro
IKUTI : Mengenal Diri, Dari Tokoh Yang Dikagumi dan Alasan-Alasannya